Minggu, 28 September 2014

“Pengalaman, suka duka masuk dunia keperawatan”


Di sini saya akan menceritakan pertama kali masuk dalam dunia kesehatan, khususnya Keperawatan.

Sebelumnya saya ingin memperkenalkan diri. Nama saya fitriani yang di lahirkan menjadi anak pertama dari 2 bersaudara, lahir pada hari senin, 20 februari 1995. Di lahirkan bukan pada lingkungan keluarga yang berlatar belakang kesehatan, hanya anak dari seorang pekerja dan seorang Ibu rumah tangga. Sederhana saja tentunya kehidupan kami, berkecukupan lah!

Sebenarnya saya merupakan lulusan dari SMA dengan pilihan jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial. Karena pada awalnya tidak ada niat sama sekali untuk menempuh jalur kesehatan pada saat kuliah.

Seperti teman-teman yang lain tentu saja saya ingin melanjutkan kuliah paralel dengan ijazah SMA saya, namun kedua orang tua saya tidak mengizinkannya Mereka menawarkan saya untuk memilih program study dalam bidang kesehatan.

Sebenarnya saya di bebaskan ingin mengambil jurusan apa saja asalkan yang berhubungan dengan bidang kesehatan. Awalnya jurusan Ilmu Kedokteran di tawarkan kepada saya, saya bingung! “bukannya tidak bisa ya lulusan IPS masuk ke jurusan Ilmu kedokteran itu?? Mereka semua kan wajib dari jurusan IPA!” cetus saya dalam hati. Benar saja setelah survey dengan keluarga ke beberapa universitas milik negeri (karena waktu itu mengusahakan masuk negeri dulu) semuanya mewajibkan calon mahasiswa kedokteran dari lulusan IPA!!

Namun kedua orang tua saya tidak menyerah, mereka menawarkan kembali kepada saya ingin masuk ke jurusan apa?? Bidan di tawarkan. Namun entah kenapa saya tidak terlalu tertarik akan jurusan ini, “kenapa?” orang tua saya bingung. Saya juga tidak tahu, mungkin memang saya tidak memiliki ketertarikan dengan jurusan Kebidanan!

Sebenarnya hal mencari-cari jurusan dan perkuliahan ini dilakukan pada saat saya masih menduduki bangku kelas 3 SMA semester ganjil. Pada saat liburan lebaran Idul Fitri saya beserta keluarga saya memutuskan untuk pulang ke kampung halaman. Di sana saya bertemu dengan kakak sepupu laki-laki saya yang sedang menjalani kuliah semester 3 di salah satu Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan di daerah tersebut. Memang dia dari lulusan IPA sehingga aku tak heran jika dia mengambil bidang kesehatan. Namun, saat itu dia bercerita sebenarnya saat sebelum ujian dulu dia belum memiliki persiapan masuk universitas atau perkuliahan mana, berbeda sekali dengan saya yang saat ini telah sibuk mencari-cari kemana akan melanjutkan kuliah saya.

Kakak sepupu saya ini adalah mahasiswa dari program study Ilmu Keperawatan. Sebenarnya tidak ada niat juga dia masuk ke prodi ini, jurusan awal yang di ambil nya adalah perguruan. Ya, seorang guru. Namun katanya setelah menjalani kuliah nya sebagai mahasiswa Keperawatan dia mendapatkan banyak pengalaman serta hal-hal baru yang belum dia tahu. Dia bercerita seakan-akan mengajak masuk kedalam ceritanya, mulai dari praktek pertama saling suntik dengan teman-temannya hingga menjadi suka relawan saat terjadi gunung meletus di daerah Jogjakarta. Saya seperti ter-sugesti akan cerita yang di bawakan oleh kakak sepupu saya, ternyata pekerjaannya hampir mirip dengan kedokteran. Kedua orang tua saya memperhatikan kami yang sedang saling bercerita lalu menghampiri kami. “bagaimana? Mau tidak kuliah Keperawatan seperti mas mu ini??” mereka menawarkan. Saya bingung antara ingin tapi juga sedikit ragu karena sebuah alasan. Saya akan menjadi seorang perawat dan akan merawatnya, sementara saya sendiri masih takut bertemu bahkan di suntik dengan jarum suntik. Keberanian itu akan hadir jika sudah terbiasa, lama-lama juga akan hilang kok! Nasehat mereka kepada saya yang masih bingung. Baiklah kenapa tidak di jalani saja dulu.

Liburan berakhir, kami kembali kerumah dan saya kembali sekolah. Harus serius untuk menempuh ujian nanti. Pada saat itu saya sedikit melupakan hal itu, ingin melanjutkan ke jurusan apa? Saya saat ini lebih fokus dalam ujian-ujian yang akan saya hadapi nanti. Tanpa saya ketahui kedua orang tua saya telah melakukan survey ke berbagai universitas dan menanyakan banyak hal tentang program study Ilmu Keperawatan. Lagi-lagi hal yang sama terjadi seperti saat survey kemarin, universitas-universitas negeri lebih menerima siswa dari lulusan Ilmu Pengetahuan Alam. Namun, mereka akhirnya mencoba mencari universitas-universitas serta sekolah tinggi kesehatan dari swasta. Ada sebagian yang menerima lulusan IPS namun tentu saja ada yang hanya menerima lulusan IPA.

Tanpa saya ketahui, kedua orang tua saya telah mendaftarkan diri saya ke universitas terdekat yang memiliki salah satu program study Ilmu Keperawatan Mereka baru mengatakannya setelah saya menyelesaikan ujian, saat itu mereka hanya bilang kalau minggu depan saya harus melakukan tes tertulis di universitas tersebut. Tanpa persiapan apa-apa saya mengikuti ujian tes tertulis dengan cukup lancar, namun cukup banyak soal sehingga saya sedikit kaget waktu pertama di bagikan soal itu. Lulus tes tertulis pada urutan ke-53 dari 100 orang menurut saya ini sungguh aneh, karena tidak ada persiapan sama sekali saat itu.

Saat saya di sekolah saya bertemu dengan kakak kelas saya yang lulus setahun lebih dulu di bandingkan saya. Dia meneruskan kuliah ke program study ilmu Keperawatan Pas sekali menurut saya, saya menanyakan banyak hal kepadanya dan meminta brosur kepadanya lalu saya berikan kepada kedua orang tua saya. Mereka bilang boleh saja di coba, tapi saya harus melanjutkan tes fisik yang akan saya jalani di universitas yang kemarin. Sebelum melakukan tes fisik saya di harapkan untuk melakukan tes Rontgen. Hasil tesnya, keesokannya saya bawa ke universitas tersebut dan saya beserta berpuluh-puluh anak yang melakukan tes pada hari itu menjalani satu demi satu tes. Mulai dari tes mata, telinga, pemeriksaan tanda-tanda vital, dan banyak lagi. Setelah selesai, pengumuman lulus atau tidaknya akan di umumkan minggu depan. Ternyata banyak juga tes yang di lakukan fikir saya.

Setelah seminggu pengumuman pun di sebarkan, namun yang membuat saya bingung adalah saya tidak di terima tidak pula di tolak! Saya di tangguhkan, dalam pengumuman ini hanya 5 orang yang diterima dan 10 orang yang di tolak sementara yang lainnya di tangguhkan. Sedikit rasa kecewa sebenarnya, namun saya ingat akan tawaran kakak kelas saya. Akhirnya pada hari senin tanggal 30 april saya dan bapak saya memutuskan untuk mengunjungi universitas tersebut. Setelah di jelaskan ternyata saya dan bapak saya baru mengetahui bahwa hari ini adalah hari terakhir pendaftaran gelombang pertama, besok sudah masuk gelombang kedua. Akhirnya bapak saya mendaftarkan saya dan saya langsung melakukan tes, ternyata berbeda dengan tes yang kemarin saya lakukan. Namun karena tidak ada persiapan apa-apa nilai yang langsung saya dapat hari itu juga lumayan kecil. Tapi tetap saya diterima menjadi mahasiswa kampus tersebut. Universitas Esa Unggul.

Terima kasih kakak sepupu saya yang banyak memberikan motivasi hingga saat ini masih setia membantu serta memberikan saran dan kritiknya hingga saat ini. Saya akan berusaha menjadi seperti kakak, perawat yang pandai dan professional.

Sumber_ http://fitrianifian225.wordpress.com