Kamis, 08 Januari 2015

Kumpulan Kalimat Filosofi Cinta Khalil Gibran 2014



Khalil Gibran lebih dikenal orang dengan karya nya dalam menulis kalimat cinta. Banyak para sastrawan maupun musisi menyisipkan kalimat atau kata-kata yang diambil dari buah karyanya.

Berikut ini ada beberapa kalimat bijak filsafat cinta dari Khalil Gibran    :

Atas Nama Cinta
Jangan kau kira cinta datang dari keakraban yang lama dan pendekatan yang tekun.
Cinta adalah kesesuaian jiwa dan jika itu tak pernah ada, cinta tak akan pernah tercipta dalam hitungan tahun bahkan abad.

Cinta 1
Salahlah bagi orang yang mengira bahwa cinta itu datang kerana pergaulan yang lama dan rayuan yang terus menerus.
Cinta adalah tunas pesona jiwa, dan jika tunas ini tak tercipta dalam sesaat, ia takkan tercipta bertahun-tahun atau bahkan abad.

Cinta 2
Ketika cinta memanggilmu maka dekatilah dia walau jalannya terjal berliku, jika cinta memelukmu maka dakaplah ia walau pedang disela-sela sayapnya melukaimu.

Cinta 3
Cinta tidak menyedari kedalamannya dan terasa pada saat perpisahan pun tiba.
Dan saat tangan laki-laki menyentuh tangan seorang perempuan mereka berdua telah menyentuh hati keabadian.

Cinta 4
Cinta adalah satu-satunya kebebasan di dunia kerana cinta itu membangkitkan semangat hukum-hukum kemanusiaan dan gejala alami pun tak mampu mengubah perjalanannya.

Cinta 5
Jika cinta tidak dapat mengembalikan engkau kepadaku dalam kehidupan ini, pastilah cinta akan menyatukan kita dalam kehidupan yang akan datang

Cinta Yang Berlalu
Cinta berlalu di depan kita, terbalut dalam kerendahan hati, tetapi kita lari daripadanya dalam ketakutan, atau bersembunyi di dalam kegelapan; atau yang lain mengejarnya, untuk berbuat jahat atas namanya.

Cinta Lelaki
Setiap lelaki mencintai dua orang perempuan, yang pertama adalah imaginasinya dan yang kedua adalah yang belum dilahirkan.

Cinta Pertama
Setiap orang muda pasti teringat cinta pertamanya dan mencuba menangkap kembali hari-hari asing itu, yang kenangannya mengubah perasaan direlung hatinya dan membuatnya begitu bahagia di sebalik, kepahitan yang penuh misteri.

Cinta Dan Air Mata
Cinta yang dibasuh oleh airmata akan tetap murni dan indah sentiasa.

Kalimah Cinta
Apa yang telah kucintai laksana seorang anak yang tak henti-hentinya aku mencinta dan apa yang kucintai kini akan kucintai sampai akhir hidupku, kerana cinta ialah semua yang dapat kucapai dan tak ada yang akan mencabut diriku dari padanya

Lafaz Cinta 1
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana seperti kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu. aku ingin mencintaimu dengan sederhana seperti isyarat yang tak sempat dikirimkan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.

Lafaz Cinta 2
Jangan menangis, kekasihku, janganlah menangis dan berbahagialah, karena kita diikat bersama dalam cinta.
Hanya dengan cinta yang indah kita dapat bertahan terhadap derita kemiskinan, pahitnya kesedihan, dan duka perpisahan.

Takdir Cinta
Aku mencintaimu kekasihku, sebelum kita berdekatan, sejak pertama kulihat engkau.
Aku tahu ini adalah takdir. Kita akan selalu bersama dan tidak akan ada yang memisahkan kita.

Wanita
Seorang wanita telah dilengkapi oleh Tuhan dengan keindahan jiwa dan raga adalah suatu kebenaran, yang sekaligus nyata dan maya, yang hanya bisa kita fahami dengan cinta kasih, dan hanya bisa kita sentuh dengan kebajikan.

Berikut update kata–kata mutiara FILSAFAT CINTA KAHLIL GIBRAN yang fenomenal   :

Cinta tidak akan memberikan apapun selain dirinya sendiri, dan cinta tidak akan menuntut apapun kecuali cinta itu sendiri.

Cinta tidak memiliki dan tidak memiliki, sebab cinta hanya untuk cinta.

Jangan sekali-kali berpikir bahwa engkau akan mampu memilih jalan sendiri sebab cintalah yang akan menuntunmu kejalannya.

Jangan dikira bahwa cinta akan terbit dari keakraban dan kedekatan yang kukuh, melainkan cinta akan terbit jika ada benih keselarasan jiwa.

Tidak ada penderitaan yang lebih menyakitkan bagi seorang perempuan dibandingkan bila dirinya terjebak di hadapan seorang lelaki yang dicintainya dan seorang lelaki lain yang mencintainya.

Cinta yang tidak mendandani wajahnya setiap hari akan menjadi kelaziman sebelum kemudian menjadi perbudakan.

Cinta yang dibaluri nafsu birahi akan menjadi dahaga yang tak kunjung terobati.

Cinta akan menyelamatkan mahkota dan menaikkanmu menuju ujung-ujung rantingmu yang lentur gemulai dan menggiringmu ke wajah matahari.

Laksana setangkup gandum, cinta menyatukanmu dengan wujudnya, menyerutimu sampai engkau terbebas dari lapis luarmu, meleburmu demi memutihkanmu, menghancurkanmu sampai engkau menjadi liat dan akhirnya menuntunmu memasuki api sucinya.

Ikutilah cinta kalau dia memanggilmu sekalipun kau harus menempuh jalan yang terjal dan kasar, pasrahkan dirimu padanya kalau dia memelukmu, walaupun pedang-pedang yang tersembunyi di balik sayap-sayapnya akan melukaimu. 

Cinta adalah sebuah kata bercahaya, ditulis oleh tangan cahaya, pada malam cahaya.
Cinta adalah kebahagian yang bergetar.
Cinta adalah satu-satunya kebebasan di atas dunia ini, dia mengangkat jiwa begitu tinggi dan hukum-hukum manusia dan kenyataan alam tak akan dapat mengubah arahnya atau merintanginya.

Cinta tidak menyadari kedalamannya sampai ada saat perpisahan,
Cinta adalah suatu tabir antara pecinta dengan yang tercinta,
Cinta yang disertai nafsu adalah haus yang tak terpuaskan,
Cinta membuatku bagaikan budak dari kata-kata dan sebuah bahasa,
Cinta telah membawaku dekat kepadamu setiap kali ketakutanku menuruti jiwaku dan pergi menjauh…

Cinta berlalu di depan kita, terbalut dalam kerendahan hati tapi kita lari darinya dalam ketakutan, atau bersembunyi di dalam kegelapan atau yang lain mengejarnya untuk berbuat jahat atas namanya.

Cinta dan kehampaan dalam diri bagaikan pasang dan surut air laut.

Musik memang suara jiwa. Nada-nada yang terlontar dari musik adalah hembusan lembut angin gurun yang menggetarkan senar dawai cinta.

Jika ingin mengerti perempuan lihatlah mulutnya ketika tersenyum.

Saat tangan laki-laki menyentuh tangan perempuan mereka berdua telah menyentuh hati keabadian.

Setiap laki-laki mencintai dua perempuan, satu adalah ciptaan imajinasinya dan yang lain belum terlahirkan.

Dan jangan berharap engkau dapat memilih jalan sendiri, karena cintalah, jika ia berkenan, yang akan menuntun jalanmu.

Jangan dikira cinta datang dari keakraban yang lama dan karena pendekatan yang tekun. 
Cinta adalah anak kecocokan jiwa dan jika itu tidak pernah ada, cinta tak akan pernah tercipta dalam hitungan tahun bahkan abad.



Senin, 03 November 2014

Kata Kata Cinta Pacaran Jarak Jauh LDR [Terbaik]


Andai waktu bisa menyatukan kita,walau terpisah jarak yg sangat jauh. Karna aku tak dapat hidup tanpa diri mu

Mencintaimu adalah keinginanku, memilikimu adalah dambaanku, meski jarak jadi pemisah, hati kita tidak akan bisa terpisah 

Sesekali kita harus berada jauh terpisah jarak untuk lebih memahami arti kebersamaan

Kita memang terpisah oleh jarak, tetapi kelak waktu akan menyatukan kita lewat jejak.

mencintaimu adalah inginku, memilikimu adalah dambaku, mski jarak jd pemisah antara jiwa kita, hati takkan pernah bisa terpisah

Setidaknya ketika kita terpisah jarak, ingatlah bahwa ada sosok yang menunggumu untuk lekas pulang.

mungkinkah karena jarak lalu kita saling terpisah? Padahal kita memiliki perasaan yang sama.

Sejauh apapun aku melangkah, hatiku selalu bersanding di sebelahmu. Tak usah bersedih, kita hanya terpisah jarak, bukan terpisah selamanya.

mungkin susah untuk untuk bersatu, karna kita terpisah jarak, waktu, kesempatan, dan... perasaan

walau nanti kita terpisah oleh jarak dan waktu tapi kupastikan rasa sayang ini takkan surut untuk mu

Kita terpisah jarak. Aku kehilangan sepasang lenganmu, tempat aku sandarkan segala yang gigil, juga dingin angin.

Tak mengapa kita terpisah jarak dan waktu, tapi kita harus tetap melangkah dalam kebaikan. 

mungkin saja kita lebih nyaman terpisah jarak. agar amarah tak sembarang keluar, dan rindu tetap betah menjalar.

Sejauh apapun aku melangkah, hatiku selalu bersanding di sebelahmu. Tak usah bersedih, kita hanya terpisah jarak, bukan terpisah selamanya.

Bersama selamanya, tidak akan terpisah. Mungkin jarak memisahkan tubuh kita, tetapi hati kita tidak akan terpisah.

Aku tak memperdulikan seberapa jauh kita terpisah, karna aku yakin cinta ini jauh lebih besar dibanding jarak kita.

Walau kita berdua sama sama dipayungi langit biru yg sama, namun kita terpisah jarak dan waktu… dan hanya angin yang menyatukan kita

Walau kita terpisah jarak yang jauh, namun cinta dan perhatianku padamu tak pernah berkurang

Terpisah jarak antar kota, tak bisa saling berjumpa, mungkin Tuhan memisahkan kita, untuk terlebih dahulu menjadikan mimpi kita nyata.

Kita memang terpisah oleh jarak tapi hati kita tak akan terpisah oleh rasa rindu

saat kita terpisah oleh jarak, hanya kepercayaan yang bisa membuat kita tetap harmonis.

Kita adalah pasangan yg sempurna,hanya saja ada jarak yg buat kita terpisah

Jarak antara kita bukannya utk memisahkan kita tetapi terpisah utk sementara utk pengakhiran yg bhgia

Aku disini, dan kamu disana. Kita terpisah oleh jarak, namu Cinta kita takan pernah terpisahkan.

Mencintaimu dengan rasa sabar dan ketulusan hatiku, meski kita terpisah oleh jarak dan waktu, rasa ini tak akan pernah pudar untukmu

Walaupun kita terpisah jarak dan waktu, hanya dirimu yang selalu kurindu dan kusayang.

Bukan karena kita terpisah jarak, lantas tak diperbolehkan jatuh cinta.

Saya ada disini. Kamu ada disana. Kita terpisah oleh jarak. Tapi hebatnya, kita selalu terikat dalam doa-doa yg kita lantunkan sendiri.

Sejauh apapun aku melangkah, hatiku selalu bersanding di sebelahmu. Tak usah bersedih, kita hanya terpisah jarak, bukan terpisah selamanya

Aku nggak butuh yang kaya. Yang aku butuhin, apabila kita terpisah jarak tapi kita tetap saling sayang dan bisa menjaga perasaan

Aku selalu menantimu meski terpisah oleh jarak ak selalu berharab suatu nanti jarak ini akan musna oleh cinta kita 

Mungkin kita terpisah oleh jarak, tapi aku, dan hati ini tak pernah ragu untuk terus berjalan bersama walau tak saling menggenggam..

Mereka ? Hanya iri akan hubungan kita yang penuh dengan kebahagian ini, walau terpisah jarak

Jika takdir bicara kita harus terpisah jarak, biarkanlah jarak ini jadi saksi aku sayang sama kamu~

meski jarak begitu pintar menjauhkan kita, cinta kita takkan pernah terpisah, karena dalam tiap doa, ada namamu yang selalu kujaga.

Langkah ini tak lagi menentu, aku dan kamu tak lagi satu. Kita terpisah jarak dan waktu.

hrapan pagi ini msih sama seperti yg kemarin" ,berharap kita ttp bahagia walau terpisah jarak

Jarak bukanlah halangan Kasta bukanlah ukuran Usia bukanlah perbedaan Dan harta bukanlah jaminan hanya ketulusan yang menjadi patokan

ada waktu dimana jarak bukanlah tugas yg berat untuk kembali pada tanah yg ku rindu...

Yang ku takutkan dari awal bukanlah jarak melainkan kesabaran. Kesabaran yang terkadang mudah sekali menghilang

Jarak antara dua hati bukanlah sebuah hambatan, tetapi sebuah pengingat indah atas kuatnya sebuah cinta.

Jarak bukanlah penghalang, namun yang sebenarnya menjadi penghalang itu ialah sikap masing-masing orang yang menjalaninya

Jarak bukanlah faktor besar dalam suatu hubungan. Tapi sebagian besar dari semua adalah "komitmen"

LDR, bukanlah halangan yang harus kita takutin malah suatu jarak yang kita harus korbankan demi cinta kita dan kasih sayang kita terhadp dia

Kalau kita betul² sayangkan seseorang itu, masa dan jarak bukanlah alasan untuk kita melupakan mereka.

jarak terjauh bukanlah angka di perbedaan waktu antara dua orang . namun saat keduanya sdh sama-sama tdk memiliki waktu .

Hubungan jarak jauh bukanlah alasan untuk kita membunuh perasaan ini perlahan - lahan..

Ku tahu jarak bukanlah penghalang. Ku tahu dengan ikatan hati lah kita terpaut. Ku tahu dalam do’a kita selalu terhubung

Jarak bukanlah sebuah ujian, melainkan berkah. Karena dg jarak akan terbentuk cinta yg sesungguhnya

Jarak bukanlah penghalang, dirimu disana aku disini, tapi tak dapat kupungkiri ada cintamu dihatiku..

jarak bukanlah sebagai sebuah alasan untuk mengakhiri sebuah hubungan, terkadang jarak adalah cara menguji kesungguhan sebuah hubungan

Sebab jarak bukanlah pembunuh, melainkan ibu yang mengajarkan hati bagaimana menimang rindu.

Kata Kata Romantis bagi yang LDR



Kata Kata Romantis untuk yang sedang LDR | Dalam menjalani pacaran jarak jauh atau istilah kerennya LDR (Long Distance Relationship) kamu dan pasangan harus mempunyai komitmen. Pacaran jarak jauh memerlukan tips dan cara tersindiri. Hal ini penting karena kita tidak bisa berdekatan dengan kekasih setiap waktu. Tantangannya jauh lebih berat dibanding mereka yang menjalani pacaran dengan pasangan yang satu kota yang tiap hari anda bisa ketemuan dan berduaan.

Dalam pacaran jarak jauh diperlukan komunikasi yang intens. Saling telpon, sms, chating dan lain lain bisa dilakukan untuk mengurangi rasa bosan atau jenuh kadang datang mengganggu. Nah kali ini adalah Kata Kata Romantis yang bisa kamu kirim ketika menjalani LDR.

Jangan ukur jarak yang memisahkan kita, ukur saja besarnya cintaku untukmu.

Aku tidak sabar menunggu hari dimana aku bisa berada dalam pelukanmu lagi :)

Bersama selamanya, tidak akan terpisah. Mungkin jarak memisahkan tubuh kita, tetapi hati kita tidak akan terpisah.

Aku benci menunggu. Tetapi bila dengan menunggu aku bisa kembali bersamamu, aku akan menunggu selamanya untuk bisa kembali bersamamu.

Walaupun aku tahu kamu jauh dari sisiku, aku masih bisa melihat senyum manismu dan merasakan hangat pelukanmu.

Jarak hanyalah masalah kecil ketika seseorang itu sangat berarti bagimu.

Tenang saja, walaupun aku memikirkan banyak hal, kamu tidak akan pernah hilang dari ingatanku.

Hubungan asmara yang indah tidak memerlukan janji, waktu dan tempat. Yang dibutuhkan hanyalah wanita yang bisa dipercaya, dan pria yang setia.

Dimanapun kamu berada, kita masih berada di bawah langit yang sama.

Kadang, seseorang yang terpisah jarak sangat jauh darimu, mampu membuatmu lebih bahagia dibandingkan orang-orang yang ada di sampingmu.

Aku akan terus menggenggammu dalam hati, hingga aku bisa menggenggam tanganmu kembali.


Rabu, 01 Oktober 2014

""""" I Saya Dan Dunia Keperawatan I """""""""


Tidak pernah terbersit dalam benak saya untuk kuliah di Fakultas Keperawatan UNPAD. Cita-cita saya sejak duduk di bangku SMP adalah kuliah di jurusan akuntansi karena ingin bekerja di bidang perbankan seperti kedua orangtua saya. Namun takdir berkata lain, saat akan menjalani UN SMA ayah berkata pada saya “kalau sudah IPA kuliah di IPA lagi dong, biar disiplin ilmu”. Oleh karena perkataan ayah tersebut setiap mengikuti ujian masuk Universitas saya selalu memilih keperawatan sebagai pilihan kedua karena pilihan pertama tetap akuntansi. Saat hendak mengikuti SNMPTN ayah menyarankan saya mengambil IPA saja, padahal saya niatnya mengambil IPC agar dapat memilih akuntansi. Namun saya pikir ayah benar, saya harus disiplin ilmu. Maka pilihan pertama di SNMPTN adalah farmasi ITB dan pilihan kedua adalah keperawatan UNPAD.

Dari semua ujian mandiri masuk Universitas Negeri yang saya ikuti tidak ada yang lulus. Tapi alhamdulillah SNMPTN saya lulus walaupun pilihan kedua yaitu keperawatan UNPAD. Awalnya saya tidak akan ambil karena lebih memilih jurusan Tekhnik Informatika IT Telkom. Kemudian saya konsultasi dengan semua anggota keluarga besar dan juga konsultan pendidikan. Keluarga mendukung apapun yang saya pilih karena baik keperawatan atau TI, dua-duanya bagus. Namun, saat konsultsasi dengan konsultan pendidikan dari tempat saya bimbingan yaitu TRIDAYA beliau lebih mengusulkan saya mengambil keperawatan karena prospek kerja kedepannya lebih terjamin karena keperawatan adalah profesi dan sangat cocok bagi perempuan.

Saya pun memutuskan untuk mengambil keperawatan. Saat pertama kali menginjak kampus Fakultas Keperawatan UNPAD yang ada di benak saya adalah jika saya lulus nanti saya akan menjadi perawat di rumah sakit yang pekerjaannya mengurus pasien seperti memandikan, mencebokan, dan lain-lain. Ternyata pekerjaan perawat itu tidak hanya seperti itu dan setelah lulus juga bisa memilih profesi lain tidak hanya perawat seperti konsultan kesehatan, dosen, pengusaha, dan lain sebagainya.

Saat semester pertama IP saya tidak begitu memuaskan mungkin karena saya sedang beradaptasi dengan perkuliahan yang dijalani, namun saat semester 2 IP saya mengalami peningkatan yang pesat. Semakin lama saya menjalani perkuliahan saya merasa semakin tertarik dengan dunia keperawatan dan saya semakin bangga menjadi mahasiswa keperawatan. Di keperawatan saya belajar banyak hal, saya belajar memahami psikologis orang, belajar mengenai budaya, belajar mengenai kepribadian, belajar menghargai waktu, belajar menghargai perbedaan, belajar menghargai profesi lain, dan banyak lagi. Sangat banyak ilmu yang saya dapat dari kuliah walaupun baru 3 semester saya menjalaninya. Bagi saya perawat adalah profesi yang sangat unik dan sangat patut dibanggakan.

Minggu, 28 September 2014

“Dalam Sebuah Perjuangan yang dibutuhkan adalah Konsistensi bukan Eksistensi”



Entah kenapa tiba-tiba kalimat ini terlintas di benak saya. Saya melihat kalimat ini relevan dengan perjuangan yang dilakukan insan keperawatan dalam memperjuangkan RUU keperawatan. Saya bersyukur akhirnya kenal dengan pejuang-pejuang tangguh yang tak pernah lelah mengawal RUU Keperawatan sampai sejauh ini. Ada Prof Yani, pak Harif, pak Budi, pak Iwan, bu Imel dll yang notabene tak muda lagi tapi masih punya semangat juang yang tinggi. Ada mba Weni, bang Jay, Nahla, Eko, Fadly, Febri, Fakhrul dan masih banyak lagi yang tersebar dari barat sampe timur Indonesia di barisan pemuda/mahasiswa. Dan saya akhirnya banyak belajar dan diberi pelajaran selama berinteraksi dengan orang-orang hebat tersebut.

Dan pada akhirnya seperti tak kuasa melawan waktu, banyak yang saya kira mulai berjatuhan. Entah karena jenuh, bosan, jengkel, atau marah karena lamban nya proses untuk di sahkan RUU keperawatan menjadi UU keperawatan atau ada hal lain saya tak tau pasti, intinya pada akhirnya bagai daun banyak yang berguguran di tengah jalan. Tapi tidak bagi orang-orang yang saya sebut diatas.

Dalam beberapa minggu kebelakang dan puncak nya hari ini, saya terharu. Terharu karena pada akhirnya semangat-semangat insan keperawatan mulai terlihat. Seketika berita disahkan nya UU keperawatan membuat dunia keperawatan gempar, walaupun harus kita koreksi bersama bahwa proses disahkan nya RUU keperawatan masih lama, karena hari ini adalah sidang paripurna di sahkan nya RUU keperawatan menjadi RUU inisiatif DPR (bahasa media, bahasa penuh kebohongan).

Saya masih ingat dulu ketika komentar-komentar pedas dan kadang pesimis sempat terlontar dari beberapa orang di grup-grup keperawatan soal RUU keperawatan, namun perlahan tapi pasti suara-suara sumbang itu akhirnya hilang ditelan bumi. Dan saya tak tau apakah suara-suara itu masih ada atau tidak jika melihatprogress RUU keperawatan yang makin hari makin membaik, mudah-mudahan tidak lagi ya teman-teman J

Nah, kenapa kalimat pembuka saya adalah “dalam sebuah perjuangan yang dibutuhkan konsistensi bukan eksistensi” karena saya belajar dari orang-orang yang saya sebut diatas makna perjuangan. Saya kira kita semua sepakat bahwa orang-orang itu adalah orang-orang yang konsisten untuk memperjuangkan RUU keperawatan ini. Jikalau hanya mencari ketenaran lewat eksistensi saya kira itu akan mudah didapat tapi akhirnya tujuan yang ingin dicapai tak akan tercapai jika tak dibarengi dengan konsistensi. Dan akhirnya kita juga bakalan tau bahwa orang-orang yang akhirnya gugur di tengah jalan hanya ingin eksis dan akhirnya lelah sendiri dengan ke-eksis-an itu. Dan akhirnya juga hilang di tengah jalan.

Tiba-tiba muncul pertanyaan, kenapa perjuangan butuh konsistensi? Karena dalam perjuangan pastilah banyak hal yang menjadi tantangan dan ketika kita konsisten untuk terus berjuang maka akhirnya tujuan yang ingin dicapai akan tercapai dan inilah yang selama ini dicontohkan oleh orang-orang yang konsisten untuk memperjuangkan RUU keperawatan (tentunya orang yang saya kenal). Dan pagi buta hari ini saya menerima sms dari seseorang (namanya tak perlu disebut lah ya, karena ini tipe konsisten yang tak perlu eksistensi) yang isinya kurang lebih begini “ terimakasih sudah mau berjuang bersama saudaraku. Terimakasih atas perjuangan yang tak pernah lelahnya. Akhirnya bisa sedikit menangis bahagia, yang hanya mereka-mereka” (saya kira sms nya terputus), tapi kita bisa menilai bagaimana sms ini adalah bagian tulus dari seseorang yang banyak mengorbankan waktu dan fisik nya untuk berjuang demi RUU keperawatan, terima kasih atas perjuangan yang tak pernah lelahnya, bagian ini menunjukkan bahwa mereka-meraka ini adalah pejuang-pejuang yang konsisten di jalan ini, lihat juga bagaimana perjuangan itu erat sekali kaitannya dengan konsisten, dan waktu memang akan menjawab semua nya.

Lagi-lagi soal kepedulian juga akan terlihat seiring waktu berjalan, tetep konsisten kan kepedulian nya? Atau hanya ingin eksis lewat kepedulian yang sementara? Saya kira kita punya keinginan yang sama untuk ini, yaitu kepedulian yang konsisten sampai nanti RUU keperawatan berubah menjadi UU keperawatan.

Dan menyoal tentang kepedulian, beberapa hari yang lalu saya tuliskan kata-kata ini di tumblr pribadi saya “semangat itu bagaikan diisi(kembali) ketika melihat banyak orang-orang yang mulai peduli | walau terkadang itu pura-pura peduli atau peduli-peduli-an” dan mudah-mudahan kalimat ini akhirnya menjadi pelecut semangat untuk kita semua untuk tetap peduli nasib RUU keperawatan kedepannya, dan peduli ini dalam artian yang benar-benar peduli dan bukan peduli-pedulian.

Dan terkahir, saya mendoakan agar perjuangan ini akan indah pada waktunya. Siapa yang menanam dia yang akan menuai, siapa yang berjuang pastilah dia yang akan menikmati indahnya keringat dan makna perjuangan itu.

Sekian, wasalam
Banda Atjeh, 13 Februari 2012
Arif Zailani Siregar/Mahasiswa Keperawatan Unsyiah

NB: lagi-lagi saya galau di tengah malam nan sunyi tapi damai ini. Salam takzim dan penuh hormat untuk ibunda kami prof. Achir Yani yang semangatnya tak pernah luntur, di umur yang tak lagi muda tapi semangat tetap membara, dan betapa malu nya jikalau saya tak bisa mengikuti jejak perjuangan mu. Salam hangat persaudaran untuk saudara-saudara seperjuangan tercinta, masih teringat tatkala peluh membasahi sekujur tubuh, masih teringat bagaimana nikmatnya tidur hanya di sebuah muslaha beralaskan sajadah (ceileh ini mendramatisir sekali), Mba weni yang mengajari jalan sesat perjuangan ini, bg Jay, Nahla, Fadly, Eko, Febry. Dan terima kasih juga kepada teman-teman yang lain, wahyu yang menemani sampai Bener Meriah, Teddy, Yanto, Agus dan geng yang lain, bg angriawan, bg agung, chandra, ma’wah iqbal dan juga teman-teman yang berjuang di jalan ini. Salam Juang dan tetap kawal RUUK sampai disahkan.


TERJAJAH DI NEGARA SENDIRI
(Mengetuk Hati Nurani Mahasiswa Indonesia)

Sebelum memulai cerita izinkan saya bertanya kepada pembaca yang terhormat :

“pernah ke Rumah Sakit?? Klo butuh apa-apa siapa tenaga medis pertama yang anda panggil??” (kalo jawabannya PERAWAT mohon shack head ^^). “ pernah punya pengalaman, lagi sakit-sakitnya ato lagi butuh banget sama sesuatu tapi malah PERAWAT yang datang malah g peduli ato datang dengan muka masam nan jutek sambil marah-marah?? (saya minta maaf klo begitu). Tapi itu bukan semata-mata kesalahan senior saya. Salahkan pemerintah (dulu) karena g mau peduli sama senior-senior saya itu, dan salahkan diri kalian sendiri karena ikut-ikutan pemerintah g mau peduli sama PERAWAT dan ikut-ikutan lupa sama RAKYAT INDONESIA yang sudah terlupakan oleh pemerintah. Tulisan saya ini untuk mengangkat sebuah kenyataan dan realita yang dilupakan oleh bangsa ini karena pemerintah dan elit politik yang terlalu sibuk saling tuding “siapa curi uang siapa”, “siapa yang layak dan g layak”, “siapa yg bisa dinominasikan jadi Drama King dan Drama Queen terbaik”. Kalian lupa bahwa ada sekelompok masyarakat, bagian dari bangsa ini yang selama 20 tahun lebih meminta kejelasan nasibnya, meminta diberikan penghidupan yang layak akan apa yang sudah ia lakukan untuk negeri ini, menjamin negeri ini tetap sehat, menjamin masyarakat Indonesia di daerah paling dalam, terbelakang, di garis perbatasan wilayah negara, dan di daerah yang menurut kalian g banget deh, tetap tersentuh oleh sarana kesehatan, mereka adalah PERAWAT INDONESIA.

Kesehatan merupakan salah satu hal yang seharusnya diprioritaskan oleh negara ini. Tapi apa yang terjadi adalah rakyat kecil makin sulit untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, ketika kebanyakan rumah sakit keren dibangun dan menerapkan kebijakan “ayo yg bayar banyak yg di kasi pelayanan VVIP, yang pake askes dan jamkesmas, ntar ya, belakangan aja” ato bahkan penggunaan jamkesmas yang seharusnya kepada mereka yang g mampu ikut-ikutan di korupsi. Hal ini hanya sebagian dari realitas di dunia kesehatan di negara ini. Bahkan pemerintah cenderung melupakan memberikan pelayanan kesehatan kepada beberapa elemen masyarakatnya. Puskesmas sebagai tempat pertolongan pertama yang seharusnya bisa dijangkau oleh semua lapisan masyarakat kecil tidak tersedia di semua tempat, bahkan puskesmas normalnya hanya beroperasi sampai jam 1 siang, trus klo ada yang tabrakan ato tiba-tiba terserang asma ato jantung di atas jam 1 siang gmna?? (masa mw langsung gali kubur??). Hal ini adalah sesuatu yang PERAWAT KOMUNITAS tidak pernah ingin terjadi. Asal kalian tau PERAWAT KOMUNITAS inilah yang termasuk pahlawan tak dikenal. Normalnya perawat di komunitas bekerja hanya 8 jam sehari, tapi karena mempertimbangkan hal tersebut diatas, beberapa senior saya bersedia tinggal di Puskesmas 24 jam, menginap di Puskesmas memastikan bahwa kalo ada masyarakat yang sakit bisa langsung di tangani. Tapi bagaimana pemerintah mengapresiasi pengorbanan mereka?? Dengan memberikan insentif tambahan sebesar Rp. 15.000,- (masuk akal g tuh?? ) atau bahkan mereka, PERAWAT KOMUNITAS yang harus mendaki gunung lewat di lembah, menyebrangi sungai dan berjalan kaki sampai berjam-jam, untuk mencapai masyarakat di pedalaman yang terisolasi karena tidak adanya akses jalan. Mereka melakukan check up kesehatan, kadang-kadang pemeriksaan lingkungan, membawa beberapa obat-obatan buat warganya. Mereka dianggap pahlawan bagi masyarakat setempat, tapi bagi pemerintah penghargaan yang diberikan adalah buih, penjara (lihat kasus PERAWAT Misran). Masyarakat Indonesia yang lainnya, g jauh beda ma pemerintahnya, sibuk melecehkan calon profesi saya dengan menyumbang kepada bioskop dan sutradara yang menghadirkan film SUSTER NGESOT dan SUSTER KERAMAS. Perjuangan dan perawatan yang diberikan kepada negara ini dibayar kurang lebih seperti itu oleh pemerintah dan masyarakatnya sendiri.

Masyarakat ngeluh, “kok susternya jutek banget yach??” “kok banyak banget sekolah keperawatan, kaya buka kios dagang aja”, “loh ini kok luka saya g dirawat??” Ini buah dari sebuah ketidakpedulian negara, jangan salahkan PERAWAT ketika mereka terkesan jutek, orang sakit itu rese dan manjanya minta ampun belum lagi klo udah marah-marah, mau di rawat dengan baik-baik, udah nekan-nekan emosi neh, dimarahin nrimo-nrimo aja,pas gajian eh yang keluar g sepadan, PERAWAT mikir anak istri mau di kasi makan apa??? Saya tidak membela mereka dan bilang itu benar, di kampus saya diajarkan untuk profesional ketika berhadapan dengan pasien, tapi ini sangat manusiawi, hakikat orang kerja karena mereka ada tanggung jawab dan kewajiban yang harus mereka penuhi, perut harus selalu bisa diisi. Belum lagi masyarakat mempertanyakan kapabilitas seorang perawat, sanggup g dia masang infus, ngerti g konsep steril. Hal ini terjadi karena tidak adanya penyeragaman kurikulum pendidikan perawat di Indonesia saat ini. Belum lagi ketakutan perawat komunitas untuk memberikan intervensi, niat baik malah berbuah jelek, masuk penjara, ini karena g ada aturan yang jelas mana yang bisa kami lakukan dan mana yang g bisa. Ini belum saya ceritain nasib perawat Indonesia di luar negeri yang g dipeduliin sama Pemerintah. Salah satu senior saya malah pernah bilang “saya ambil resiko saja dek, kasian kalo dia dibiarkan, kamu tahu kamu bisa nolong tapi cmn jadi penonton atas penderitaan pasien, hati nurani saya tidak bisa membiarkan itu dek, dipenjara dipenjara lah” coba itu bayangkan, ato salah satu senior saya yang lain yang mengabdi di salah satu pulau pedalaman di Ambon, yang transportasi cuman tersedia 2 bulan sekali, rela meninggalkan anak istrinya untuk menjadi PERAWAT di Pulau tersebut karena panggilan hati nurani, dia bilang “lihat pasien kembali sehat dan tersenyum itu sudah sangat cukup buat saya dek”. Tapi setelah 2 tahun mengabdi senior saya ini akhirnya menyerah juga karena keluarganya memang mesti dan kudu wajib makan, apalagi tinggal jauh begitu dengan keluarganya, g nahan lah.

Jawaban dari problematika profesi PERAWAT saat ini adalah Rancangan Undang-Undang Keperawatan (RUUK) yang sudah kami perjuangkan selama kurang lebih 20 tahun. Tapi yang kami dapatkan dari pemerintah adalah janji-janji manis, ketika berdialog tidak jarang yang kami dapat malah penghinaan akan profesi PERAWAT itu sendiri. Kami sudah berkali-kali turun ke jalan tapi tidak pernah didengarkan. Hal ini lambat laun saya sadari karena kami, PERAWAT dan MAHASISWA KEPERAWATAN yang turun ke jalan berjuang untuk rakyat Indonesia ini, berjuang sendiri, kami tidak melihat dukungan dari elemen masyarakat lain di negara ini, kami tidak melihat adanya dukungan dari civitas akademika yang lain. Entah karena ketidaktahuan atau karena ketidakpedulian. Tapi ini yang akan saya perjelas kawan.

Jika selama ini kalian tidak mendukung pergerakan kami karena ketidaktahuan, maka penguraian saya diatas tampaknya sudah sangat jelas menggambarkan bagaimana pentingnya kami memiliki payung hukum dan kejelasan nasib. Masih banyak senior saya diluar sana, para PERAWAT KOMUNITAS di barisan terdepan pemberi pelayanan kesehatan yang memilih untuk tinggal dipedalaman, mengorbankan keluarga dan tidak memandang materi untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat Indonesia yang terlupakan. Dan ketahuilah bahwa mereka melayani masyarakat Indonesia yang sangat tidak mampu untuk mengejar pelayanan kesehatan, boro-boro beli obat, bwt makan saja mereka susah. Saya pernah melihat dan menangani sendiri pasien penyakit kulit yang kulit tangan dan bokongnya udah busuk karena dibiarkan saja, alasan pembiarannya klasik “dek kita g ada uang, bawa kartu askes juga g diladeni” atau balita yang menderita gizi buruk nyaris kwashiorkor karena g pernah minum susu dari lahirnya dan tinggal di rumah yang bwt saya gudang mungkin masih lebih baik. Mereka ini adalah kaum yang terlupakan oleh pemerintah dan juga sebagian dari kalian (karena diajak KKN di tempat pedalaman aja kalian g tahan) tapi tidak akan pernah terlupakan oleh kami, PERAWAT, karena tugas utama kami adalah MERAWAT, memastikan bahwa tindakan pencegahan ada disana. RUUK akan menjamin kebutuhan perawat dan juga masyarakat.

Dan jika selama ini kalian tidak mendukung karena ketidakpedulian, maka jangan salahkan perawat kalau mereka juga ikut-ikutan g peduli sama kalian. Pernah dengar perawat mogok?? Beberapa media pernah menyiarkan aksi mogok perawat di beberapa daerah di Indonesia. Coba kalian bayangkan, di RS kadang-kadang 1 perawat bisa megang sampai 3-4 pasien, 1 bangsal biasanya ada sampai 20-30 pasien dengan jumlah perawat kurang lebih 4-5 orang, kalo mereka mogok kerja bareng 10 menit aja kebayang g apa yang terjadi sama pasien itu?? Apalagi kalo perawat yang mogok adalah perawat ruang UGD, bisa kebayang g ramainya kuburan ntar??. Kalian bilang masih ada dokter, saya kasi tahu ya, pelayanan kesehatan itu suatu system, 1 g ada berarti sistemnya pincang g bisa stabil, system yang pincang sama aja system itu gagal. Jadi sebaiknya system pelayanan kesehatan itu tetap stabil. Sejauh ini kami mahasiswa selalu berusaha memompa semangat dan keberanian kakak-kakak perawat untuk memperjuangkan haknya, termasuk memunculkan opsi untuk melakukan mogok missal, tapi sejauh ini jawaban yang kami dapat “dek, klo masih ada jalan untuk menggolkn RUUK, jangan maksa kk mogok dulu, kasihan pasiennya”, tapi kalo pasien dan rakyat Indonesia masih tetap g peduli ato pura-pura g peduli maka kami, mahasiswa keperawatan dan perawat, akan lebih g peduli lagi, sampai saat ini kami masih berpikir untuk memunculkan opsi mogok kerja tersebut, karena kadang-kadang Indonesia mang perlu dikasi shock terapi dulu baru nyadar, ini bukan ancaman, atau peringatan yang saya buat. Ini cuman sesuatu yang mengikuti prinsip “what u give is what u get” kalian cuek, saya juga bisa cuek”.

Tanggal 10 Januari 2013 akan menjadi hari bersejarah bagi kaum PERAWAT apakah perjuangan 20 tahun kami akan disambut baik oleh pemerintah atau kah kami akan kembali diberi janji manis atau bahkan dilupakan. Mahasiswa sebagai social control, kalian menjadi aktivis mahasiswa karena peduli pada masyarakat, saya mengetuk hati nurani setiap mahasiswa yang membaca tulisan saya ini, untuk ikut dalam barisan perjuangan kami untuk menuntut pengesahan RUU Keperawatan. Suatu kebodohan jika kalian beranggapan bahwa RUU Keperawatan hanya akan menguntungkan perawatnya saja. Tugas perawat merawat manusia, jaminan akan hak dan perlindungan pada kami juga akan berdampak positif pada system pelayanan yang kami berikan. Jangan biarkan lagi-lagi kami harus berjuang sendiri, perjuangan kami atas nama RAKYAT INDONESIA yang TERTINDAS seharusnya kalian mahasiswa juga berdiri disana berjuang bersama kami. Bangsa yang kuat adalah bangsa yang sehat. Pemerintah boleh lupa akan rakyatnya, karena masih ada kita yang akan selalu mengingatkan mereka, tapi MAHASISWA sebaiknya tidak pernah lupa akan rakyat yang tertindas, karena siapa yang akan menolong mereka jika bukan kita. Saya juga meminta dukungan kalian atas nama senior-senior saya para PERAWAT KOMUNITAS yang saat ini tersebar diseluruh pelosok tanah air, saya meminta kalian untuk membantu pengesahan RUU Keperawatan agar mereka tetap bisa bekerja sebagaimana mestinya, memberikan pelayanan kesehatan tanpa harus merasa ketakutan dan bisa mendapatkan penghidupan yang layak. Saya mengetuk hati nurani setiap MAHASISWA INDONESIA yang MENGAKU masih PEDULI AKAN RAKYAT INDONESIA, MANA KARAKTERMU, WAHAI MAHASISWA INDONESIA.

SAHKAN RUUK UNTUK PERAWAT, UNTUK RAKYAT, UNTUK BANGSA INDONESIA

Framita Rahman (+685 2990 16073)
Kord. Wilayah 6 Ikatan Lembaga Mahasiswa Ilmu Keperawatan Indonesia (ILMIKI) 2011-2013.
Mahasiswa Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin


Judul Buku Saya: “The Chronicles of My Life Chapter 9: Thank You Debate :P

tulisan ini dibuat dengan hati saya yang hancur berkeping-keping (sedikit di dramatisir) karena melihat hasil tabulasi IVED ITB dan ditemani lagu (yg sesungguhnya saya tidak tahu arti pastinya) but trust me lagunya tentang orang jatuh cinta kok, ini lagu dari playlist terbaru saya ^^

Niatnya memang ived tahun ini akan jadi lomba debate nasional terakhir saya. Meskipun kecewa (dengan diri sendiri sejujurnya) dengan hasil terakhir, tapi sangat berterima kasih kepada debate. Karena sudah ngajarin saya banyak hal di luar dari disiplin ilmu saya, ngasih tahu kalo dunia itu g cmn hitam putih, tapi mejikuhibiniu, ngasih tahu kalo ekonomi itu g cmn lo pasang, gw beli, tapi BEYOND on that, bilang k gw klo USA itu MORE THEN that, mereka itu yg terkuat dan china mulai ikut2an kuat, bilang k gw kalo si Hitler itu keren (sumpah dah…), ngajarin k gw klo sekarang kelamin bisa di bolak balik, ukuran cantik bisa ditentukan sendiri, ello mw jadi apa juga terserah lo, sekarang lo gandeng tangan gw besok lo bisa gandeng tangan si Budi klo lo mw (Budi g bener2 eksis kok ^^) masyrakat udh belajar bwt nrima kok, ngajarin k gw klo war itu g seburuk n sekejam yg lo bayangkan (really???),kasi tw k gw kalo dunia dan seluruh isinya ini bisa aja lo putar balikkan klo lo mw but more important ngasih tw k gw kalo bahasa Inggris gw sebenarnya “sumpah jelek banget” hahaha^^

Gw diberkati dengan teammate yang sangat baik, thank u bwt Vitri yang become the first and The Only one teammate cewe gw (ini di luar keperawatan yach) kaka aca, and si Lale Fikar, meskipun selama tourney si Lale itu menyebalkan tapi dia baik aslinya, cmn memang lalenya itu g ketulungan, bwt kk aca yg sudah membuka mata saya dan ngasih keyakinan ke saya klo “gw g mw jadi perawat yg biasa2 aja gitu” (apa coba???). Bwt mas bro gw Mas kumis Erwin dan si Jablay Maman, mereka ini sodara yg gw dapetin di tengah kompetisi. Salah satu hal yang paling gw sukuri dari ikut debate ini, mereka buka mata gw dah tentang loyalty, tentang hardwork, dan tentang g mudah menyerah dan ngenal diri lo lbh baik (poin di atas g mereka sadari, krn aslinya mereka itu cuek seh ^^). Trus teman gw, coach n teammate gw dan sekarang g mw bicara apa2 sama gw gra2 perkara sms (coba itu bayangin??) Akbar, niatannya selalu baik, tapi saya selalu merasa ini orang lebih punya masalah dengan komunikasi dripada saya, krn saya g pernah ngerti mksudnya mw A dan mw B itu apa, sampe pada akhir cerita saya baru ngerti dan dia cmn bakalan bilang “itu mi saya bilang”, tapi 1 hal yg juga penting pernah seteam sama mas Gembul yang 1 ini. Bwt The Olympian Karji, He is incredible teammate, mungkin gw bakalan g pernah dapat teammate kaya dia lagi, yg ngasih tamparan keras k gw dengan berusaha bilang “kk kerja keras itu yg kaya gini, bukan cmn asik nulis di tembok 400%, ngegalau di twitter n fb” hahahaha…. Karir debatenya masih panjang semoga dia tetap konsisten bwt kerja keras dan ttap ingat semangat Olympian nya. Terakhir teammate gw se Om Kumis Bama, NO COMMENT ya, 1 hal aja He looks different when he in the battle of debate, or when he really think about something, that’s it.

Lastly, calon teammate saya di FT Ichsan (semoga saya tidak salah tulis nama) semoga kita bisa dapat sesuai dengan target dan saya bisa jadiin dia sebagai asset Heds nantinya, kepada coach saya yang lain, Kak Biondi, Mas Rifan, Amel, dan Emir, bwt ade2 hebat saya di Heds Aumsoy, Agor, Ayu, Taqim, Winda, Tilla, Ulla, Fahmi, dan smwnya yg tidak bisa saya sebutkan satu2 (krn saya malas dan krn sy hanya hafal muka kalian adiks tp g hafal nama, mianhe ^^) thank u for make my day in debate be bitter sweeter bite (artinya???).

Ini saat dimana saya harus menutup hasrat untuk tampil di depan dan bicara, untuk mengikuti “acara” skala nasional dan untuk berdebate. Setidaknya statistik akhirnya naik.

THANK YOU DEBATE FOR EVERYTHING
Cheers^^Up…!!!


RUU KEPERAWATAN (isu lama yang selalu hangat)

Akhir-akhir ini kita sering di recoki oleh sebuah isu lama bertajuk RUU Keperawatan. Mulai dari seruan aksi, proses pencerdasan sampai dengan hal-hal lain yang berhubungan dengan RUU Keperawatan itu sendiri.

Masih segar dalam ingatan bagaimana mahasiswa se Indonesia berkumpul dan turun ke jalan dalam memperjuangkan RUU Keperawatan tersebut, dan juga baru-baru ini perawat di bawah naungan PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia) bersama mahasiswa keperawatan juga turun ke jalan karena mandek nya proses legislasi (perundang-undangan) yang ada di DPR.

Perjuangan pengesahan RUU Keperawatan sudah semakin dekat, semakin dekat untuk di sah kan ketika kita terus berkomitmen untuk bersama-sama mengawal prosel legislasi yang ada di DPR saat ini. Namun pada kenyataan hari ini belum banyak dari kita, baik senior-senior perawat maupun mahasiswa keperawatan yang tetap komitmen untuk mengawal gerakan ini. Tidak bisa dipungkiri bahwa dalam memperjuangkan RUU Keperawatan ini sangat diperlukan perhatian khusus dan kerja keras dari semua elemen keperawatan, mulai dari praktisi, akademisi sampai dengan mahasiswa.

Pentingnya RUU Keperawatan bagi kita

Seperti kata pepatah bilang “tak kenal maka tak sayang”, setiap pergerakan pasti harus dimulai dengan pengetahuan apasih yang menjadi tujuan kita untuk bergerak. Salah satu permasalahan pergerakan RUUK ini adalah masih banyak nya elemen keperawatan yang belum paham penting nya RUUK itu untuk kita. Saya coba berfikir sederhana, ketika RUUK ada maka 1 hal yang paling kita rasakan adalah perlindungan hukum (karena Negara kita Negara hukum jadi harus menjunjung tinggi hukum) bagi perawat dalam melaksanakan tindakan keperawatan. Kita tentu tak mau lagi kasus seperti pak Misran dari Kalimantan Timur yang sempat dipenjara karena memberikan resep kepada masyarakat yang sebenarnya bukan wewenang kita, namun yang menjadi catatan penting adalah tak ada tenaga medis yang berwenang memberikan resep di tempai ia (pak misran) bekerja. Yang menjadi persoalan adalah menurut hukum yang berlaku di Indonesia, hal seperti itu sangat dilarang dan tidak diperbolehkan sehingga pak Misran harus mendekam di penjara selama 3 bulan. Dan saya yakin pak Misran bukan satu-satu nya perawat yang bernasib naas seperti itu.

Selama kuliah kita selalu dijejali dengan diagnosa-diagnosa keperawatan,asuhan-asuhan keperawatan, praktikum yang harus sesuai dengan text book namun kejadian di lapangan sangat bertolak belakang dengan apa yang kita pelajari semasa kuliah. Sistem yang mengatur semua nya. Kita (perawat) masih disibukkan dengan tugas menginjeksi pasien, memasang infus dan kateter yang sejatinya secara dasar keilmuan adalah wewenang dan tanggung jawab temen-temen dokter. Nah untuk asuhan keperawatan sendiri? Pernahkah kita mengerjakan dengan baik dan benar? Mulai dari tahap pengkajian hingga tahap evaluasi yang sesuai dengan prosedur. Saya kira jarang yang bisa mengerjakan askep dengan baik dan sesuai dengan prosuder, namun justru seharusnya yang menjadi andalan kita adalah asuhan keperawatan tersebut, nah di RUUK itu semua bakalan diatur. Pernahkah kita bermimpi nantinya keperawatan menjadi profesi yang diandalkan dengan konsep caring nya dan dengan asuhan keperawatan nya? Kita sudah terlalu lelah mengerjakan pekerjaan sebagai perawat tanpa wewenang yang jelas dan tegas, kita butuh UU (undang-undang)sendiri untuk mengatur semua nya.

RUU Keperawatan milik siapa

Pertanyaan klasik yang sering kita dengar, RUUK sebenarnya milik siapa sih. Saya kira ini milik kita semua, milik elemen keperawatan maupun masyarakat sebagai subjek penerima pelayanan keperawatan yang mudah-mudahan semakin membaik dengan adanya UU Keperawatan ini. Dalam hal perjuangan pengesahan dan percepatan RUU Keperawatan maka sangat dituntut kontibusi kita semua, mulai dari PPNI sebagai wadah pemersatu perawat di Indonesia, praktisi-praktisi keperawatan yang berada di rumah sakit, akademisi yang ada di kampus dan juga mahasiswa keperawatan. Namun hari ini kekuatan terbesar kita (dengan jumlah tenaga kesehatan dan mahasiswa yang paling banyak) seperti beruang yang lagi hibernasi. Namun saya yakin ketika kita semua tersadar dan peduli akan gerakan ini maka akhirnya semua akan melihat kita sebagai satu kekuatan besar. Mohon maaf, saya melihat sejauh ini mahasiswa menjadi garda terdepan dalam perjuangan RUUK ini, dan saya mau karena RUUK adalah milik kita semua maka sudah seharusnya ibu/bapak, kakak/abang perawat juga turut dalam barisan. Walaupun tak bisa dipungkiri bahwa beberapa dari perawat yang lain juga tetap bergerak, namun itu masih sebahagian kecil. Sudah seharusnya kita semua peduli dan kita semua bergerak. Dan sudah seharusnya kita juga harus sama-sama berteriak lantang “SAHKAN RUU KEPERAWATAN”

NB: sebuah catatan singkat yang mudah-mudahan bisa menggugah perasaan kita semua, untuk nantinya bisa sama-sama berjuang. Sudah berulang kali kita ditipu oleh anggota dewan yang terhormat de gedung senayan sana. Tanggal 10 Januari akan ada sidang paripurna di Baleg untuk penentuan RUUK ke depan nya, apakah lanjut ke proses legislasi berikutnya atau tidak. Siapkan diri untuk turun aksi ketika anggota dewan mangkir dari tugasnya, dan ketika mereka menunjukkan gelagat yang kurang mendukung percepatan pengesahan RUUK.

Arif Zailani Siregar/Kadept Hual Eksternal Himakep Unsyiah

“Pengalaman, suka duka masuk dunia keperawatan”


Di sini saya akan menceritakan pertama kali masuk dalam dunia kesehatan, khususnya Keperawatan.

Sebelumnya saya ingin memperkenalkan diri. Nama saya fitriani yang di lahirkan menjadi anak pertama dari 2 bersaudara, lahir pada hari senin, 20 februari 1995. Di lahirkan bukan pada lingkungan keluarga yang berlatar belakang kesehatan, hanya anak dari seorang pekerja dan seorang Ibu rumah tangga. Sederhana saja tentunya kehidupan kami, berkecukupan lah!

Sebenarnya saya merupakan lulusan dari SMA dengan pilihan jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial. Karena pada awalnya tidak ada niat sama sekali untuk menempuh jalur kesehatan pada saat kuliah.

Seperti teman-teman yang lain tentu saja saya ingin melanjutkan kuliah paralel dengan ijazah SMA saya, namun kedua orang tua saya tidak mengizinkannya Mereka menawarkan saya untuk memilih program study dalam bidang kesehatan.

Sebenarnya saya di bebaskan ingin mengambil jurusan apa saja asalkan yang berhubungan dengan bidang kesehatan. Awalnya jurusan Ilmu Kedokteran di tawarkan kepada saya, saya bingung! “bukannya tidak bisa ya lulusan IPS masuk ke jurusan Ilmu kedokteran itu?? Mereka semua kan wajib dari jurusan IPA!” cetus saya dalam hati. Benar saja setelah survey dengan keluarga ke beberapa universitas milik negeri (karena waktu itu mengusahakan masuk negeri dulu) semuanya mewajibkan calon mahasiswa kedokteran dari lulusan IPA!!

Namun kedua orang tua saya tidak menyerah, mereka menawarkan kembali kepada saya ingin masuk ke jurusan apa?? Bidan di tawarkan. Namun entah kenapa saya tidak terlalu tertarik akan jurusan ini, “kenapa?” orang tua saya bingung. Saya juga tidak tahu, mungkin memang saya tidak memiliki ketertarikan dengan jurusan Kebidanan!

Sebenarnya hal mencari-cari jurusan dan perkuliahan ini dilakukan pada saat saya masih menduduki bangku kelas 3 SMA semester ganjil. Pada saat liburan lebaran Idul Fitri saya beserta keluarga saya memutuskan untuk pulang ke kampung halaman. Di sana saya bertemu dengan kakak sepupu laki-laki saya yang sedang menjalani kuliah semester 3 di salah satu Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan di daerah tersebut. Memang dia dari lulusan IPA sehingga aku tak heran jika dia mengambil bidang kesehatan. Namun, saat itu dia bercerita sebenarnya saat sebelum ujian dulu dia belum memiliki persiapan masuk universitas atau perkuliahan mana, berbeda sekali dengan saya yang saat ini telah sibuk mencari-cari kemana akan melanjutkan kuliah saya.

Kakak sepupu saya ini adalah mahasiswa dari program study Ilmu Keperawatan. Sebenarnya tidak ada niat juga dia masuk ke prodi ini, jurusan awal yang di ambil nya adalah perguruan. Ya, seorang guru. Namun katanya setelah menjalani kuliah nya sebagai mahasiswa Keperawatan dia mendapatkan banyak pengalaman serta hal-hal baru yang belum dia tahu. Dia bercerita seakan-akan mengajak masuk kedalam ceritanya, mulai dari praktek pertama saling suntik dengan teman-temannya hingga menjadi suka relawan saat terjadi gunung meletus di daerah Jogjakarta. Saya seperti ter-sugesti akan cerita yang di bawakan oleh kakak sepupu saya, ternyata pekerjaannya hampir mirip dengan kedokteran. Kedua orang tua saya memperhatikan kami yang sedang saling bercerita lalu menghampiri kami. “bagaimana? Mau tidak kuliah Keperawatan seperti mas mu ini??” mereka menawarkan. Saya bingung antara ingin tapi juga sedikit ragu karena sebuah alasan. Saya akan menjadi seorang perawat dan akan merawatnya, sementara saya sendiri masih takut bertemu bahkan di suntik dengan jarum suntik. Keberanian itu akan hadir jika sudah terbiasa, lama-lama juga akan hilang kok! Nasehat mereka kepada saya yang masih bingung. Baiklah kenapa tidak di jalani saja dulu.

Liburan berakhir, kami kembali kerumah dan saya kembali sekolah. Harus serius untuk menempuh ujian nanti. Pada saat itu saya sedikit melupakan hal itu, ingin melanjutkan ke jurusan apa? Saya saat ini lebih fokus dalam ujian-ujian yang akan saya hadapi nanti. Tanpa saya ketahui kedua orang tua saya telah melakukan survey ke berbagai universitas dan menanyakan banyak hal tentang program study Ilmu Keperawatan. Lagi-lagi hal yang sama terjadi seperti saat survey kemarin, universitas-universitas negeri lebih menerima siswa dari lulusan Ilmu Pengetahuan Alam. Namun, mereka akhirnya mencoba mencari universitas-universitas serta sekolah tinggi kesehatan dari swasta. Ada sebagian yang menerima lulusan IPS namun tentu saja ada yang hanya menerima lulusan IPA.

Tanpa saya ketahui, kedua orang tua saya telah mendaftarkan diri saya ke universitas terdekat yang memiliki salah satu program study Ilmu Keperawatan Mereka baru mengatakannya setelah saya menyelesaikan ujian, saat itu mereka hanya bilang kalau minggu depan saya harus melakukan tes tertulis di universitas tersebut. Tanpa persiapan apa-apa saya mengikuti ujian tes tertulis dengan cukup lancar, namun cukup banyak soal sehingga saya sedikit kaget waktu pertama di bagikan soal itu. Lulus tes tertulis pada urutan ke-53 dari 100 orang menurut saya ini sungguh aneh, karena tidak ada persiapan sama sekali saat itu.

Saat saya di sekolah saya bertemu dengan kakak kelas saya yang lulus setahun lebih dulu di bandingkan saya. Dia meneruskan kuliah ke program study ilmu Keperawatan Pas sekali menurut saya, saya menanyakan banyak hal kepadanya dan meminta brosur kepadanya lalu saya berikan kepada kedua orang tua saya. Mereka bilang boleh saja di coba, tapi saya harus melanjutkan tes fisik yang akan saya jalani di universitas yang kemarin. Sebelum melakukan tes fisik saya di harapkan untuk melakukan tes Rontgen. Hasil tesnya, keesokannya saya bawa ke universitas tersebut dan saya beserta berpuluh-puluh anak yang melakukan tes pada hari itu menjalani satu demi satu tes. Mulai dari tes mata, telinga, pemeriksaan tanda-tanda vital, dan banyak lagi. Setelah selesai, pengumuman lulus atau tidaknya akan di umumkan minggu depan. Ternyata banyak juga tes yang di lakukan fikir saya.

Setelah seminggu pengumuman pun di sebarkan, namun yang membuat saya bingung adalah saya tidak di terima tidak pula di tolak! Saya di tangguhkan, dalam pengumuman ini hanya 5 orang yang diterima dan 10 orang yang di tolak sementara yang lainnya di tangguhkan. Sedikit rasa kecewa sebenarnya, namun saya ingat akan tawaran kakak kelas saya. Akhirnya pada hari senin tanggal 30 april saya dan bapak saya memutuskan untuk mengunjungi universitas tersebut. Setelah di jelaskan ternyata saya dan bapak saya baru mengetahui bahwa hari ini adalah hari terakhir pendaftaran gelombang pertama, besok sudah masuk gelombang kedua. Akhirnya bapak saya mendaftarkan saya dan saya langsung melakukan tes, ternyata berbeda dengan tes yang kemarin saya lakukan. Namun karena tidak ada persiapan apa-apa nilai yang langsung saya dapat hari itu juga lumayan kecil. Tapi tetap saya diterima menjadi mahasiswa kampus tersebut. Universitas Esa Unggul.

Terima kasih kakak sepupu saya yang banyak memberikan motivasi hingga saat ini masih setia membantu serta memberikan saran dan kritiknya hingga saat ini. Saya akan berusaha menjadi seperti kakak, perawat yang pandai dan professional.

Sumber_ http://fitrianifian225.wordpress.com

Perawat Punya Cerita


Saya Dan Dunia Keperawatan
Posted on November 18, 2010

Tidak pernah terbersit dalam benak saya untuk kuliah di Fakultas Keperawatan UNPAD. Cita-cita saya sejak duduk di bangku SMP adalah kuliah di jurusan akuntansi karena ingin bekerja di bidang perbankan seperti kedua orangtua saya. Namun takdir berkata lain, saat akan menjalani UN SMA ayah berkata pada saya “kalau sudah IPA kuliah di IPA lagi dong, biar disiplin ilmu”. Oleh karena perkataan ayah tersebut setiap mengikuti ujian masuk Universitas saya selalu memilih keperawatan sebagai pilihan kedua karena pilihan pertama tetap akuntansi. Saat hendak mengikuti SNMPTN ayah menyarankan saya mengambil IPA saja, padahal saya niatnya mengambil IPC agar dapat memilih akuntansi. Namun saya pikir ayah benar, saya harus disiplin ilmu. Maka pilihan pertama di SNMPTN adalah farmasi ITB dan pilihan kedua adalah keperawatan UNPAD. Baca lebih lanjut →

Pengalaman Mahasiswa Indonesia Di Jepang.




Fakultas Keperawatan UNPAD pada Agustus 2010 mengirim 2 mahasiswanya menjalani program pertukaran pelajar ke Jepang. Yusshy Kurnia (angkatan 2006) dan An Nisa Rushtika Kersana (angkatan 2009) adalah dua orang teman saya yang sekarang sedang menempuh pendidikan di Jepang. Saya sangat tertarik untuk mengetahui sistem pembelajaran di negeri sakura tersebut. Kemudian mereka berbagi pengalamannya di sana walaupun baru 3 bulan mereka berada di negeri matahari terbit. Baca lebih lanjut →

Pengalaman Kerja Perawat Di Luar Negeri

Kisah 1

Ustzh. Hj. Wiwi Mardiah, AmKeb. SKp. Mkes
Cianjur, 30 April 1969

Pendidikan : Akademi Keperawatan Depkes Bandung 1994 Lulus Sarjana Keperawatan Unpad,1998 Lulus Program Master Ilmu Kedokteran Dasar / Pathobiologi Unpad Bandung, 2005

Pekerjaan : 1990-1991: Staf RS Harapan Bunda Kodya Batam
1994 – 1995 : Stap Pengajar di SPK Budi Luhur Cimahi Bandung
1988-1999 : Stap Pengajar di Akper Bidara Mukti Bandung
2007-2008 : King Fahd Hospital
1999 – sekarang : Staf pengajar FIK UNPAD

King Fahd Hospital

Pada tahun 2007, saya membimbing mahasiswa di Madinah. Selain membimbing tentu saya pun bekerja. Tepatnya di King Fahd Hospital, sekitar 15 menit dari Masjidil Haram.

Menurut saya saat bekerja di sana melihat visi dan misi yang berorientasi pada perawat global sangat bagus, kita akan melihat berbagai negara yang mengaplikasikan praktek-praktek keperawatan. Pengalaman saya melihat para perawat Indonesia di sana ternyata dari segi skill sangat mampu bersaing dengan perawat dari negara lain. Walaupun pasalnya negara lain seperti Filiphina itu lebih bagus dan maju tapi pada kenyataannya Indonesia tidak kalah dengan Filiphina. Yang menjadi kendala hanya bahasa saja, tapi setelah beradaptasi 3 bulan, paling lama 4 bulan perawat kita sudah bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja tidak hanya beradaptasi dengan bahasa tapi juga beradaptasi dengan budaya.

Kesan yang paling menyenangkan di sana adalah penghargaan, penghargaan terhadap profesi perawat dan hak-hak perawat baik itu dari atasan maupun dari masyarakatnya. Saya punya teman, beliau seorang perawat wanita asal Indonesia juga. Beliau tidak pernah menyentuh pasien laki-laki lalu beliau utarakan itu pada atasannya dan ternyata sangat di respon baik. Kemudian atasannya menempatkan beliau di ruangan khusus wanita. Berarti hak-hak perawat itu sangat dihargai bukan? Selain itu profesi perawat di sana setara dengan profesi kesehatan lainnya karena memang jobdesknya jelas walaupun tidak secara eksplisit, tidak tertulis tetapi sudah dijalankan dengan sangat baik.

Pengalaman saya yang tidak mengesankan adalah mendapatkan pasien yang cerewet-cerewet, yang meminta perhatian lebih pada perawat padahal tenaga perawatnya kurang. Walaupun pasien itu harus dilayani dengan baik tapi jika ada pasien yang bertindak tidak wajar pada perawat, perawat bisa menuntut karena dilindungi oleh undang-undang keperawatan. Ada cerita dari mahasiswi saya, beliau mempunyai teman sesama perawat yang mendapatkan tindakan tidak manusiawi yaitu ditarik pakaiannya hingga robek padahal tidak melakukan kesalahan apa-apa hanya terjadi kesalahpahaman saja. Kemudian beliau menuntut keluarga pasien tersebut secara hukum sampai pengadilan memutuskan keluarga pasien tersebut membayar uang ganti rugi sekitar 25 juta jika dirupiahkan. Selain dari segi salary bedanya menjadi perawat di negara lain dibanding menjadi perawat di negara kita adalah penghargaan.




Kisah 2

Sri Listriani Saputra

Majalengka, 6 Februari

Lulusan AKPER Bhakti Kencana Bandung sekarang lanjut di Fkep UNPAD
Hobi : masak
FB : Maganda Chi

Asser Central hospital and Al-Birk General Hospital

Pada tahun 2008 melalui PT AMRI FOUNDANTION yang bertempat di Bekasi, saya mengikuti pelatihan bahasa inggris umum dan praktek keperawatan. Setelah pelatihan saya mengikuti tes bahasa inggris langsung oleh orang Saudi. Alhamdulillah saya lulus tes, kemudian tinggal menunggu proses pembuatan paspor dan visa. Setelah itu saya berangkat ke Saudi Arabia.

Setibanya di sana perasaan saya bercampur aduk, aneh, takut, dan ingin sekali menangis karena saya tidak mengerti sedikit pun bahasa arab. Untungnya ada teman yang sudah berpengalaman kerja di sini dan penempatan kerjanya pun bareng saya jadi tidak terlalu khawatir. Pertama kali tanda tangan kontrak, saya ditawari bekerja di Al-Birk General Hospital yang letaknya jauh dari pusat kota. Sebelumnya saya ditempatkan dahulu di Asser Central Hospital, rumah sakit yang sangat canggih, makan seperti di restaurant dan tidur seperti di apartemen tapi kerjanya sangat berat karena jumlah pasien yang sangat banyak.

Tidak lama saya kemudian di pindahkan ke Al-Birk General Hospital, lokasinya jauh dari pusat kota tepatnya di depan Laut Merah. Buat saya tempat ini mengasikkan walaupun tidak bebas main ke pantai karena kata orang-orang sana kalau perempuan jalan-jalan sendiri itu pamali jadi harus selalu pergi bersama dengan teman dan dikawal supir. Al-Birk General Hospital lebih kecil dari Asser Central Hospital, jika di Indonesia bisa dibilang Rumas Sakit Daerah. Saya mendapatkan berbagai fasilitas seperti makan dan apartemen dan gaji pun naik karena letaknya yang jauh dari pusat kota. Gaji awal dari Indonesia 3000 SR tapi alhamdulillah setelah di Saudi terus naik sesuai penempatan area kerja. Di sana ada special area seperti emergency, OR, DR, dan ICU yang gajinya bisa naik sampai 50%. Saat pertama tiba di sana juga saya mendapatkan uang welcome sebesar 50% dari gaji. Jika dirupiahkan gaji di sana antara 10 juta sampai 18 juta, kalau di Indonesia tidak ada gaji perawat sebesar itu.

Saat awal-awal saya tidak mengerti bahasa arab sehingga sering sekali dimarahi oleh atasan tapi karena saya tekad ingin bisa alhamdulillah dalam kurun waktu satu bulan saya sudah bisa berkomuikasi dengan bahasa arab. Saya di sana sebagai perawat penanggung jawab di OPD alias poliklinik, kerjanya tidak begitu berat tapi tanggung jawabnya besar karena memegang 12 poli, paling pusing kalau sudah membuat sensus bulanan.

Hal yang paling menyenangkan adalah fasilitas haji dan umroh gratis. Alhamdulillah saya pun sudah haji. Di sana saya juga mendapatkan banyak teman dengan karakteristik yang berbeda-beda, sampai sekarang saya masih menjalani komunikasi dengan teman-teman dari Filiphina, India, Mesir, dan lain-lain pokoknya dari berbagai negara.

Hal yang paling membuat saya sedih saat di sana adalah ketika saya jalan-jalan saya ingat dengan keluarga, ingin rasanya bisa jalan-jalan bersama mereka. Paling tidak senang kalau sudah dimarahi pasien karena pasien di sana kalau sudah marah menakutkan. Sekarang saya sudah kembali ke tanah air dengan membawa segudang ilmu dan pengalaman berharga.





Keperawatan Dalam IT

Perkembangan teknologi informasi sudah mulai menyentuh dunia keperawatan. Kebutuhan layanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan yang cepat, efisien dan efektif merupakan tuntutan masyarakat modern saat ini. Dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, istilah telemedicine, telehealth dan telenursing menjadi popular sebagai salah satu model layanan kesehatan.

Perawat sebagai salah satu tenaga medis yang mempunyai peranan penting untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, perawat harus mampu melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar, yaitu dari mulai pengkajian sampai dengan evaluasi dan yang sangat penting adalah disertai dengan sistem pendokumentasian yang baik. Dengan adanya teknologi, sangat memungkinkan perawat memiliki sistem pendokumentasian asuhan keperawatan yang lebih baik. Baca lebih lanjut →

Kisah Sukses Perawat Indonesia


Dua perawat asal Indonesia, selama seminggu terakhir di awal April 2010 mengisi berbagai halaman media cetak di Jepang. Mereka adalahYared Febrian Fernandes dan Ria Agustina. Setelah keduanya dinyatakan lulus ujian nasional keperawatan Jepang. Keberhasilan ini patut dibanggakan karena hanya Ria, Yared, dan Lalin Ever Gammed (perawat Filipina) yang lulus ujian nasional untuk perawat asing, dari 254 peserta ujian, atau hanya sekitar 1.2% persentase kelulusan. Sedangkan pada ujian nasional tahun lalu, tidak ada satu pun peserta yang lulus.

Ria dan Yared bekerja di RS Sannocho di Kota Sanjo, Prefektur Niigata. Kedatangan perawat Indonesia di Jepang ini terwujud dalam kerangka Indonesia – Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA). Sejak tahun 2008 lalu, Indonesia telah mengirimkan tenaga perawat dalam dua gelombang. Perawat asing ini harus lulus ujian nasional keperawatan dalam tiga tahun sejak kedatangan mereka di Jepang. Ujian nasional keperawatan Jepang dilaksanakan sepenuhnya menggunakan huruf Kanji, termasuk istilah teknis medis. Selain itu substansi ujian juga termasuk mengenai sistem kesehatan Jepang, seperti asuransi dan peraturan perundangan di bidang kesehatan.



Kompetensi Perawat Indonesia

Saat ini dunia membutuhkan perawat dengan kualifikasi standar internasional. Pasalnya, kebutuhan tenaga perawat di negara-negara maju seperti Amerika, Kanada, Eropa, Korea, Jepang dan Timur Tengah terus meningkat. Diperkirakan hingga tahun 2020, negara-negara ini memerlukan 1 juta tenaga perawat dari Indonesia. Dengan demikian Indonesia mempunyai potensi besar untuk mendidik tenaga perawat. Namun, hal ini terhambat oleh fasilitas dan biaya pendidikan yang mahal, juga masih minimnya pendidikan master dan doktor di dalam negeri.

Kelemahan paling mencolok perawat Indonesia adalah kemampuan berbahasa Inggris. Padahal kemampuan berbahasa Inggris menjadi syarat utama yang diberlakukan negara-negara di atas. Indonesia bersaing dengan perawat-perawat dari India, Bangladesh, dan Filiphina yang memiliki kemampuan berbahasa Inggris. Dibandingkan dengan mereka, perawat Indonesia dikenal lebih ramah, sopan, dan tidak banyak menuntut, Indonesia mampu bersaing dengan mereka asalkan syarat utamanya dapat terlewati.

Selain peningkatan kualitas SDM dalam kemampuan berbahasa Inggris, saat ini yang perlu diperhatikan adalah mendapatkan pengakuan dunia internasional. Mampukah Indonesia mendapat pengakuan dunia internasional ?