Minggu, 28 September 2014

“Dalam Sebuah Perjuangan yang dibutuhkan adalah Konsistensi bukan Eksistensi”



Entah kenapa tiba-tiba kalimat ini terlintas di benak saya. Saya melihat kalimat ini relevan dengan perjuangan yang dilakukan insan keperawatan dalam memperjuangkan RUU keperawatan. Saya bersyukur akhirnya kenal dengan pejuang-pejuang tangguh yang tak pernah lelah mengawal RUU Keperawatan sampai sejauh ini. Ada Prof Yani, pak Harif, pak Budi, pak Iwan, bu Imel dll yang notabene tak muda lagi tapi masih punya semangat juang yang tinggi. Ada mba Weni, bang Jay, Nahla, Eko, Fadly, Febri, Fakhrul dan masih banyak lagi yang tersebar dari barat sampe timur Indonesia di barisan pemuda/mahasiswa. Dan saya akhirnya banyak belajar dan diberi pelajaran selama berinteraksi dengan orang-orang hebat tersebut.

Dan pada akhirnya seperti tak kuasa melawan waktu, banyak yang saya kira mulai berjatuhan. Entah karena jenuh, bosan, jengkel, atau marah karena lamban nya proses untuk di sahkan RUU keperawatan menjadi UU keperawatan atau ada hal lain saya tak tau pasti, intinya pada akhirnya bagai daun banyak yang berguguran di tengah jalan. Tapi tidak bagi orang-orang yang saya sebut diatas.

Dalam beberapa minggu kebelakang dan puncak nya hari ini, saya terharu. Terharu karena pada akhirnya semangat-semangat insan keperawatan mulai terlihat. Seketika berita disahkan nya UU keperawatan membuat dunia keperawatan gempar, walaupun harus kita koreksi bersama bahwa proses disahkan nya RUU keperawatan masih lama, karena hari ini adalah sidang paripurna di sahkan nya RUU keperawatan menjadi RUU inisiatif DPR (bahasa media, bahasa penuh kebohongan).

Saya masih ingat dulu ketika komentar-komentar pedas dan kadang pesimis sempat terlontar dari beberapa orang di grup-grup keperawatan soal RUU keperawatan, namun perlahan tapi pasti suara-suara sumbang itu akhirnya hilang ditelan bumi. Dan saya tak tau apakah suara-suara itu masih ada atau tidak jika melihatprogress RUU keperawatan yang makin hari makin membaik, mudah-mudahan tidak lagi ya teman-teman J

Nah, kenapa kalimat pembuka saya adalah “dalam sebuah perjuangan yang dibutuhkan konsistensi bukan eksistensi” karena saya belajar dari orang-orang yang saya sebut diatas makna perjuangan. Saya kira kita semua sepakat bahwa orang-orang itu adalah orang-orang yang konsisten untuk memperjuangkan RUU keperawatan ini. Jikalau hanya mencari ketenaran lewat eksistensi saya kira itu akan mudah didapat tapi akhirnya tujuan yang ingin dicapai tak akan tercapai jika tak dibarengi dengan konsistensi. Dan akhirnya kita juga bakalan tau bahwa orang-orang yang akhirnya gugur di tengah jalan hanya ingin eksis dan akhirnya lelah sendiri dengan ke-eksis-an itu. Dan akhirnya juga hilang di tengah jalan.

Tiba-tiba muncul pertanyaan, kenapa perjuangan butuh konsistensi? Karena dalam perjuangan pastilah banyak hal yang menjadi tantangan dan ketika kita konsisten untuk terus berjuang maka akhirnya tujuan yang ingin dicapai akan tercapai dan inilah yang selama ini dicontohkan oleh orang-orang yang konsisten untuk memperjuangkan RUU keperawatan (tentunya orang yang saya kenal). Dan pagi buta hari ini saya menerima sms dari seseorang (namanya tak perlu disebut lah ya, karena ini tipe konsisten yang tak perlu eksistensi) yang isinya kurang lebih begini “ terimakasih sudah mau berjuang bersama saudaraku. Terimakasih atas perjuangan yang tak pernah lelahnya. Akhirnya bisa sedikit menangis bahagia, yang hanya mereka-mereka” (saya kira sms nya terputus), tapi kita bisa menilai bagaimana sms ini adalah bagian tulus dari seseorang yang banyak mengorbankan waktu dan fisik nya untuk berjuang demi RUU keperawatan, terima kasih atas perjuangan yang tak pernah lelahnya, bagian ini menunjukkan bahwa mereka-meraka ini adalah pejuang-pejuang yang konsisten di jalan ini, lihat juga bagaimana perjuangan itu erat sekali kaitannya dengan konsisten, dan waktu memang akan menjawab semua nya.

Lagi-lagi soal kepedulian juga akan terlihat seiring waktu berjalan, tetep konsisten kan kepedulian nya? Atau hanya ingin eksis lewat kepedulian yang sementara? Saya kira kita punya keinginan yang sama untuk ini, yaitu kepedulian yang konsisten sampai nanti RUU keperawatan berubah menjadi UU keperawatan.

Dan menyoal tentang kepedulian, beberapa hari yang lalu saya tuliskan kata-kata ini di tumblr pribadi saya “semangat itu bagaikan diisi(kembali) ketika melihat banyak orang-orang yang mulai peduli | walau terkadang itu pura-pura peduli atau peduli-peduli-an” dan mudah-mudahan kalimat ini akhirnya menjadi pelecut semangat untuk kita semua untuk tetap peduli nasib RUU keperawatan kedepannya, dan peduli ini dalam artian yang benar-benar peduli dan bukan peduli-pedulian.

Dan terkahir, saya mendoakan agar perjuangan ini akan indah pada waktunya. Siapa yang menanam dia yang akan menuai, siapa yang berjuang pastilah dia yang akan menikmati indahnya keringat dan makna perjuangan itu.

Sekian, wasalam
Banda Atjeh, 13 Februari 2012
Arif Zailani Siregar/Mahasiswa Keperawatan Unsyiah

NB: lagi-lagi saya galau di tengah malam nan sunyi tapi damai ini. Salam takzim dan penuh hormat untuk ibunda kami prof. Achir Yani yang semangatnya tak pernah luntur, di umur yang tak lagi muda tapi semangat tetap membara, dan betapa malu nya jikalau saya tak bisa mengikuti jejak perjuangan mu. Salam hangat persaudaran untuk saudara-saudara seperjuangan tercinta, masih teringat tatkala peluh membasahi sekujur tubuh, masih teringat bagaimana nikmatnya tidur hanya di sebuah muslaha beralaskan sajadah (ceileh ini mendramatisir sekali), Mba weni yang mengajari jalan sesat perjuangan ini, bg Jay, Nahla, Fadly, Eko, Febry. Dan terima kasih juga kepada teman-teman yang lain, wahyu yang menemani sampai Bener Meriah, Teddy, Yanto, Agus dan geng yang lain, bg angriawan, bg agung, chandra, ma’wah iqbal dan juga teman-teman yang berjuang di jalan ini. Salam Juang dan tetap kawal RUUK sampai disahkan.


TERJAJAH DI NEGARA SENDIRI
(Mengetuk Hati Nurani Mahasiswa Indonesia)

Sebelum memulai cerita izinkan saya bertanya kepada pembaca yang terhormat :

“pernah ke Rumah Sakit?? Klo butuh apa-apa siapa tenaga medis pertama yang anda panggil??” (kalo jawabannya PERAWAT mohon shack head ^^). “ pernah punya pengalaman, lagi sakit-sakitnya ato lagi butuh banget sama sesuatu tapi malah PERAWAT yang datang malah g peduli ato datang dengan muka masam nan jutek sambil marah-marah?? (saya minta maaf klo begitu). Tapi itu bukan semata-mata kesalahan senior saya. Salahkan pemerintah (dulu) karena g mau peduli sama senior-senior saya itu, dan salahkan diri kalian sendiri karena ikut-ikutan pemerintah g mau peduli sama PERAWAT dan ikut-ikutan lupa sama RAKYAT INDONESIA yang sudah terlupakan oleh pemerintah. Tulisan saya ini untuk mengangkat sebuah kenyataan dan realita yang dilupakan oleh bangsa ini karena pemerintah dan elit politik yang terlalu sibuk saling tuding “siapa curi uang siapa”, “siapa yang layak dan g layak”, “siapa yg bisa dinominasikan jadi Drama King dan Drama Queen terbaik”. Kalian lupa bahwa ada sekelompok masyarakat, bagian dari bangsa ini yang selama 20 tahun lebih meminta kejelasan nasibnya, meminta diberikan penghidupan yang layak akan apa yang sudah ia lakukan untuk negeri ini, menjamin negeri ini tetap sehat, menjamin masyarakat Indonesia di daerah paling dalam, terbelakang, di garis perbatasan wilayah negara, dan di daerah yang menurut kalian g banget deh, tetap tersentuh oleh sarana kesehatan, mereka adalah PERAWAT INDONESIA.

Kesehatan merupakan salah satu hal yang seharusnya diprioritaskan oleh negara ini. Tapi apa yang terjadi adalah rakyat kecil makin sulit untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, ketika kebanyakan rumah sakit keren dibangun dan menerapkan kebijakan “ayo yg bayar banyak yg di kasi pelayanan VVIP, yang pake askes dan jamkesmas, ntar ya, belakangan aja” ato bahkan penggunaan jamkesmas yang seharusnya kepada mereka yang g mampu ikut-ikutan di korupsi. Hal ini hanya sebagian dari realitas di dunia kesehatan di negara ini. Bahkan pemerintah cenderung melupakan memberikan pelayanan kesehatan kepada beberapa elemen masyarakatnya. Puskesmas sebagai tempat pertolongan pertama yang seharusnya bisa dijangkau oleh semua lapisan masyarakat kecil tidak tersedia di semua tempat, bahkan puskesmas normalnya hanya beroperasi sampai jam 1 siang, trus klo ada yang tabrakan ato tiba-tiba terserang asma ato jantung di atas jam 1 siang gmna?? (masa mw langsung gali kubur??). Hal ini adalah sesuatu yang PERAWAT KOMUNITAS tidak pernah ingin terjadi. Asal kalian tau PERAWAT KOMUNITAS inilah yang termasuk pahlawan tak dikenal. Normalnya perawat di komunitas bekerja hanya 8 jam sehari, tapi karena mempertimbangkan hal tersebut diatas, beberapa senior saya bersedia tinggal di Puskesmas 24 jam, menginap di Puskesmas memastikan bahwa kalo ada masyarakat yang sakit bisa langsung di tangani. Tapi bagaimana pemerintah mengapresiasi pengorbanan mereka?? Dengan memberikan insentif tambahan sebesar Rp. 15.000,- (masuk akal g tuh?? ) atau bahkan mereka, PERAWAT KOMUNITAS yang harus mendaki gunung lewat di lembah, menyebrangi sungai dan berjalan kaki sampai berjam-jam, untuk mencapai masyarakat di pedalaman yang terisolasi karena tidak adanya akses jalan. Mereka melakukan check up kesehatan, kadang-kadang pemeriksaan lingkungan, membawa beberapa obat-obatan buat warganya. Mereka dianggap pahlawan bagi masyarakat setempat, tapi bagi pemerintah penghargaan yang diberikan adalah buih, penjara (lihat kasus PERAWAT Misran). Masyarakat Indonesia yang lainnya, g jauh beda ma pemerintahnya, sibuk melecehkan calon profesi saya dengan menyumbang kepada bioskop dan sutradara yang menghadirkan film SUSTER NGESOT dan SUSTER KERAMAS. Perjuangan dan perawatan yang diberikan kepada negara ini dibayar kurang lebih seperti itu oleh pemerintah dan masyarakatnya sendiri.

Masyarakat ngeluh, “kok susternya jutek banget yach??” “kok banyak banget sekolah keperawatan, kaya buka kios dagang aja”, “loh ini kok luka saya g dirawat??” Ini buah dari sebuah ketidakpedulian negara, jangan salahkan PERAWAT ketika mereka terkesan jutek, orang sakit itu rese dan manjanya minta ampun belum lagi klo udah marah-marah, mau di rawat dengan baik-baik, udah nekan-nekan emosi neh, dimarahin nrimo-nrimo aja,pas gajian eh yang keluar g sepadan, PERAWAT mikir anak istri mau di kasi makan apa??? Saya tidak membela mereka dan bilang itu benar, di kampus saya diajarkan untuk profesional ketika berhadapan dengan pasien, tapi ini sangat manusiawi, hakikat orang kerja karena mereka ada tanggung jawab dan kewajiban yang harus mereka penuhi, perut harus selalu bisa diisi. Belum lagi masyarakat mempertanyakan kapabilitas seorang perawat, sanggup g dia masang infus, ngerti g konsep steril. Hal ini terjadi karena tidak adanya penyeragaman kurikulum pendidikan perawat di Indonesia saat ini. Belum lagi ketakutan perawat komunitas untuk memberikan intervensi, niat baik malah berbuah jelek, masuk penjara, ini karena g ada aturan yang jelas mana yang bisa kami lakukan dan mana yang g bisa. Ini belum saya ceritain nasib perawat Indonesia di luar negeri yang g dipeduliin sama Pemerintah. Salah satu senior saya malah pernah bilang “saya ambil resiko saja dek, kasian kalo dia dibiarkan, kamu tahu kamu bisa nolong tapi cmn jadi penonton atas penderitaan pasien, hati nurani saya tidak bisa membiarkan itu dek, dipenjara dipenjara lah” coba itu bayangkan, ato salah satu senior saya yang lain yang mengabdi di salah satu pulau pedalaman di Ambon, yang transportasi cuman tersedia 2 bulan sekali, rela meninggalkan anak istrinya untuk menjadi PERAWAT di Pulau tersebut karena panggilan hati nurani, dia bilang “lihat pasien kembali sehat dan tersenyum itu sudah sangat cukup buat saya dek”. Tapi setelah 2 tahun mengabdi senior saya ini akhirnya menyerah juga karena keluarganya memang mesti dan kudu wajib makan, apalagi tinggal jauh begitu dengan keluarganya, g nahan lah.

Jawaban dari problematika profesi PERAWAT saat ini adalah Rancangan Undang-Undang Keperawatan (RUUK) yang sudah kami perjuangkan selama kurang lebih 20 tahun. Tapi yang kami dapatkan dari pemerintah adalah janji-janji manis, ketika berdialog tidak jarang yang kami dapat malah penghinaan akan profesi PERAWAT itu sendiri. Kami sudah berkali-kali turun ke jalan tapi tidak pernah didengarkan. Hal ini lambat laun saya sadari karena kami, PERAWAT dan MAHASISWA KEPERAWATAN yang turun ke jalan berjuang untuk rakyat Indonesia ini, berjuang sendiri, kami tidak melihat dukungan dari elemen masyarakat lain di negara ini, kami tidak melihat adanya dukungan dari civitas akademika yang lain. Entah karena ketidaktahuan atau karena ketidakpedulian. Tapi ini yang akan saya perjelas kawan.

Jika selama ini kalian tidak mendukung pergerakan kami karena ketidaktahuan, maka penguraian saya diatas tampaknya sudah sangat jelas menggambarkan bagaimana pentingnya kami memiliki payung hukum dan kejelasan nasib. Masih banyak senior saya diluar sana, para PERAWAT KOMUNITAS di barisan terdepan pemberi pelayanan kesehatan yang memilih untuk tinggal dipedalaman, mengorbankan keluarga dan tidak memandang materi untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat Indonesia yang terlupakan. Dan ketahuilah bahwa mereka melayani masyarakat Indonesia yang sangat tidak mampu untuk mengejar pelayanan kesehatan, boro-boro beli obat, bwt makan saja mereka susah. Saya pernah melihat dan menangani sendiri pasien penyakit kulit yang kulit tangan dan bokongnya udah busuk karena dibiarkan saja, alasan pembiarannya klasik “dek kita g ada uang, bawa kartu askes juga g diladeni” atau balita yang menderita gizi buruk nyaris kwashiorkor karena g pernah minum susu dari lahirnya dan tinggal di rumah yang bwt saya gudang mungkin masih lebih baik. Mereka ini adalah kaum yang terlupakan oleh pemerintah dan juga sebagian dari kalian (karena diajak KKN di tempat pedalaman aja kalian g tahan) tapi tidak akan pernah terlupakan oleh kami, PERAWAT, karena tugas utama kami adalah MERAWAT, memastikan bahwa tindakan pencegahan ada disana. RUUK akan menjamin kebutuhan perawat dan juga masyarakat.

Dan jika selama ini kalian tidak mendukung karena ketidakpedulian, maka jangan salahkan perawat kalau mereka juga ikut-ikutan g peduli sama kalian. Pernah dengar perawat mogok?? Beberapa media pernah menyiarkan aksi mogok perawat di beberapa daerah di Indonesia. Coba kalian bayangkan, di RS kadang-kadang 1 perawat bisa megang sampai 3-4 pasien, 1 bangsal biasanya ada sampai 20-30 pasien dengan jumlah perawat kurang lebih 4-5 orang, kalo mereka mogok kerja bareng 10 menit aja kebayang g apa yang terjadi sama pasien itu?? Apalagi kalo perawat yang mogok adalah perawat ruang UGD, bisa kebayang g ramainya kuburan ntar??. Kalian bilang masih ada dokter, saya kasi tahu ya, pelayanan kesehatan itu suatu system, 1 g ada berarti sistemnya pincang g bisa stabil, system yang pincang sama aja system itu gagal. Jadi sebaiknya system pelayanan kesehatan itu tetap stabil. Sejauh ini kami mahasiswa selalu berusaha memompa semangat dan keberanian kakak-kakak perawat untuk memperjuangkan haknya, termasuk memunculkan opsi untuk melakukan mogok missal, tapi sejauh ini jawaban yang kami dapat “dek, klo masih ada jalan untuk menggolkn RUUK, jangan maksa kk mogok dulu, kasihan pasiennya”, tapi kalo pasien dan rakyat Indonesia masih tetap g peduli ato pura-pura g peduli maka kami, mahasiswa keperawatan dan perawat, akan lebih g peduli lagi, sampai saat ini kami masih berpikir untuk memunculkan opsi mogok kerja tersebut, karena kadang-kadang Indonesia mang perlu dikasi shock terapi dulu baru nyadar, ini bukan ancaman, atau peringatan yang saya buat. Ini cuman sesuatu yang mengikuti prinsip “what u give is what u get” kalian cuek, saya juga bisa cuek”.

Tanggal 10 Januari 2013 akan menjadi hari bersejarah bagi kaum PERAWAT apakah perjuangan 20 tahun kami akan disambut baik oleh pemerintah atau kah kami akan kembali diberi janji manis atau bahkan dilupakan. Mahasiswa sebagai social control, kalian menjadi aktivis mahasiswa karena peduli pada masyarakat, saya mengetuk hati nurani setiap mahasiswa yang membaca tulisan saya ini, untuk ikut dalam barisan perjuangan kami untuk menuntut pengesahan RUU Keperawatan. Suatu kebodohan jika kalian beranggapan bahwa RUU Keperawatan hanya akan menguntungkan perawatnya saja. Tugas perawat merawat manusia, jaminan akan hak dan perlindungan pada kami juga akan berdampak positif pada system pelayanan yang kami berikan. Jangan biarkan lagi-lagi kami harus berjuang sendiri, perjuangan kami atas nama RAKYAT INDONESIA yang TERTINDAS seharusnya kalian mahasiswa juga berdiri disana berjuang bersama kami. Bangsa yang kuat adalah bangsa yang sehat. Pemerintah boleh lupa akan rakyatnya, karena masih ada kita yang akan selalu mengingatkan mereka, tapi MAHASISWA sebaiknya tidak pernah lupa akan rakyat yang tertindas, karena siapa yang akan menolong mereka jika bukan kita. Saya juga meminta dukungan kalian atas nama senior-senior saya para PERAWAT KOMUNITAS yang saat ini tersebar diseluruh pelosok tanah air, saya meminta kalian untuk membantu pengesahan RUU Keperawatan agar mereka tetap bisa bekerja sebagaimana mestinya, memberikan pelayanan kesehatan tanpa harus merasa ketakutan dan bisa mendapatkan penghidupan yang layak. Saya mengetuk hati nurani setiap MAHASISWA INDONESIA yang MENGAKU masih PEDULI AKAN RAKYAT INDONESIA, MANA KARAKTERMU, WAHAI MAHASISWA INDONESIA.

SAHKAN RUUK UNTUK PERAWAT, UNTUK RAKYAT, UNTUK BANGSA INDONESIA

Framita Rahman (+685 2990 16073)
Kord. Wilayah 6 Ikatan Lembaga Mahasiswa Ilmu Keperawatan Indonesia (ILMIKI) 2011-2013.
Mahasiswa Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin


Judul Buku Saya: “The Chronicles of My Life Chapter 9: Thank You Debate :P

tulisan ini dibuat dengan hati saya yang hancur berkeping-keping (sedikit di dramatisir) karena melihat hasil tabulasi IVED ITB dan ditemani lagu (yg sesungguhnya saya tidak tahu arti pastinya) but trust me lagunya tentang orang jatuh cinta kok, ini lagu dari playlist terbaru saya ^^

Niatnya memang ived tahun ini akan jadi lomba debate nasional terakhir saya. Meskipun kecewa (dengan diri sendiri sejujurnya) dengan hasil terakhir, tapi sangat berterima kasih kepada debate. Karena sudah ngajarin saya banyak hal di luar dari disiplin ilmu saya, ngasih tahu kalo dunia itu g cmn hitam putih, tapi mejikuhibiniu, ngasih tahu kalo ekonomi itu g cmn lo pasang, gw beli, tapi BEYOND on that, bilang k gw klo USA itu MORE THEN that, mereka itu yg terkuat dan china mulai ikut2an kuat, bilang k gw kalo si Hitler itu keren (sumpah dah…), ngajarin k gw klo sekarang kelamin bisa di bolak balik, ukuran cantik bisa ditentukan sendiri, ello mw jadi apa juga terserah lo, sekarang lo gandeng tangan gw besok lo bisa gandeng tangan si Budi klo lo mw (Budi g bener2 eksis kok ^^) masyrakat udh belajar bwt nrima kok, ngajarin k gw klo war itu g seburuk n sekejam yg lo bayangkan (really???),kasi tw k gw kalo dunia dan seluruh isinya ini bisa aja lo putar balikkan klo lo mw but more important ngasih tw k gw kalo bahasa Inggris gw sebenarnya “sumpah jelek banget” hahaha^^

Gw diberkati dengan teammate yang sangat baik, thank u bwt Vitri yang become the first and The Only one teammate cewe gw (ini di luar keperawatan yach) kaka aca, and si Lale Fikar, meskipun selama tourney si Lale itu menyebalkan tapi dia baik aslinya, cmn memang lalenya itu g ketulungan, bwt kk aca yg sudah membuka mata saya dan ngasih keyakinan ke saya klo “gw g mw jadi perawat yg biasa2 aja gitu” (apa coba???). Bwt mas bro gw Mas kumis Erwin dan si Jablay Maman, mereka ini sodara yg gw dapetin di tengah kompetisi. Salah satu hal yang paling gw sukuri dari ikut debate ini, mereka buka mata gw dah tentang loyalty, tentang hardwork, dan tentang g mudah menyerah dan ngenal diri lo lbh baik (poin di atas g mereka sadari, krn aslinya mereka itu cuek seh ^^). Trus teman gw, coach n teammate gw dan sekarang g mw bicara apa2 sama gw gra2 perkara sms (coba itu bayangin??) Akbar, niatannya selalu baik, tapi saya selalu merasa ini orang lebih punya masalah dengan komunikasi dripada saya, krn saya g pernah ngerti mksudnya mw A dan mw B itu apa, sampe pada akhir cerita saya baru ngerti dan dia cmn bakalan bilang “itu mi saya bilang”, tapi 1 hal yg juga penting pernah seteam sama mas Gembul yang 1 ini. Bwt The Olympian Karji, He is incredible teammate, mungkin gw bakalan g pernah dapat teammate kaya dia lagi, yg ngasih tamparan keras k gw dengan berusaha bilang “kk kerja keras itu yg kaya gini, bukan cmn asik nulis di tembok 400%, ngegalau di twitter n fb” hahahaha…. Karir debatenya masih panjang semoga dia tetap konsisten bwt kerja keras dan ttap ingat semangat Olympian nya. Terakhir teammate gw se Om Kumis Bama, NO COMMENT ya, 1 hal aja He looks different when he in the battle of debate, or when he really think about something, that’s it.

Lastly, calon teammate saya di FT Ichsan (semoga saya tidak salah tulis nama) semoga kita bisa dapat sesuai dengan target dan saya bisa jadiin dia sebagai asset Heds nantinya, kepada coach saya yang lain, Kak Biondi, Mas Rifan, Amel, dan Emir, bwt ade2 hebat saya di Heds Aumsoy, Agor, Ayu, Taqim, Winda, Tilla, Ulla, Fahmi, dan smwnya yg tidak bisa saya sebutkan satu2 (krn saya malas dan krn sy hanya hafal muka kalian adiks tp g hafal nama, mianhe ^^) thank u for make my day in debate be bitter sweeter bite (artinya???).

Ini saat dimana saya harus menutup hasrat untuk tampil di depan dan bicara, untuk mengikuti “acara” skala nasional dan untuk berdebate. Setidaknya statistik akhirnya naik.

THANK YOU DEBATE FOR EVERYTHING
Cheers^^Up…!!!


RUU KEPERAWATAN (isu lama yang selalu hangat)

Akhir-akhir ini kita sering di recoki oleh sebuah isu lama bertajuk RUU Keperawatan. Mulai dari seruan aksi, proses pencerdasan sampai dengan hal-hal lain yang berhubungan dengan RUU Keperawatan itu sendiri.

Masih segar dalam ingatan bagaimana mahasiswa se Indonesia berkumpul dan turun ke jalan dalam memperjuangkan RUU Keperawatan tersebut, dan juga baru-baru ini perawat di bawah naungan PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia) bersama mahasiswa keperawatan juga turun ke jalan karena mandek nya proses legislasi (perundang-undangan) yang ada di DPR.

Perjuangan pengesahan RUU Keperawatan sudah semakin dekat, semakin dekat untuk di sah kan ketika kita terus berkomitmen untuk bersama-sama mengawal prosel legislasi yang ada di DPR saat ini. Namun pada kenyataan hari ini belum banyak dari kita, baik senior-senior perawat maupun mahasiswa keperawatan yang tetap komitmen untuk mengawal gerakan ini. Tidak bisa dipungkiri bahwa dalam memperjuangkan RUU Keperawatan ini sangat diperlukan perhatian khusus dan kerja keras dari semua elemen keperawatan, mulai dari praktisi, akademisi sampai dengan mahasiswa.

Pentingnya RUU Keperawatan bagi kita

Seperti kata pepatah bilang “tak kenal maka tak sayang”, setiap pergerakan pasti harus dimulai dengan pengetahuan apasih yang menjadi tujuan kita untuk bergerak. Salah satu permasalahan pergerakan RUUK ini adalah masih banyak nya elemen keperawatan yang belum paham penting nya RUUK itu untuk kita. Saya coba berfikir sederhana, ketika RUUK ada maka 1 hal yang paling kita rasakan adalah perlindungan hukum (karena Negara kita Negara hukum jadi harus menjunjung tinggi hukum) bagi perawat dalam melaksanakan tindakan keperawatan. Kita tentu tak mau lagi kasus seperti pak Misran dari Kalimantan Timur yang sempat dipenjara karena memberikan resep kepada masyarakat yang sebenarnya bukan wewenang kita, namun yang menjadi catatan penting adalah tak ada tenaga medis yang berwenang memberikan resep di tempai ia (pak misran) bekerja. Yang menjadi persoalan adalah menurut hukum yang berlaku di Indonesia, hal seperti itu sangat dilarang dan tidak diperbolehkan sehingga pak Misran harus mendekam di penjara selama 3 bulan. Dan saya yakin pak Misran bukan satu-satu nya perawat yang bernasib naas seperti itu.

Selama kuliah kita selalu dijejali dengan diagnosa-diagnosa keperawatan,asuhan-asuhan keperawatan, praktikum yang harus sesuai dengan text book namun kejadian di lapangan sangat bertolak belakang dengan apa yang kita pelajari semasa kuliah. Sistem yang mengatur semua nya. Kita (perawat) masih disibukkan dengan tugas menginjeksi pasien, memasang infus dan kateter yang sejatinya secara dasar keilmuan adalah wewenang dan tanggung jawab temen-temen dokter. Nah untuk asuhan keperawatan sendiri? Pernahkah kita mengerjakan dengan baik dan benar? Mulai dari tahap pengkajian hingga tahap evaluasi yang sesuai dengan prosedur. Saya kira jarang yang bisa mengerjakan askep dengan baik dan sesuai dengan prosuder, namun justru seharusnya yang menjadi andalan kita adalah asuhan keperawatan tersebut, nah di RUUK itu semua bakalan diatur. Pernahkah kita bermimpi nantinya keperawatan menjadi profesi yang diandalkan dengan konsep caring nya dan dengan asuhan keperawatan nya? Kita sudah terlalu lelah mengerjakan pekerjaan sebagai perawat tanpa wewenang yang jelas dan tegas, kita butuh UU (undang-undang)sendiri untuk mengatur semua nya.

RUU Keperawatan milik siapa

Pertanyaan klasik yang sering kita dengar, RUUK sebenarnya milik siapa sih. Saya kira ini milik kita semua, milik elemen keperawatan maupun masyarakat sebagai subjek penerima pelayanan keperawatan yang mudah-mudahan semakin membaik dengan adanya UU Keperawatan ini. Dalam hal perjuangan pengesahan dan percepatan RUU Keperawatan maka sangat dituntut kontibusi kita semua, mulai dari PPNI sebagai wadah pemersatu perawat di Indonesia, praktisi-praktisi keperawatan yang berada di rumah sakit, akademisi yang ada di kampus dan juga mahasiswa keperawatan. Namun hari ini kekuatan terbesar kita (dengan jumlah tenaga kesehatan dan mahasiswa yang paling banyak) seperti beruang yang lagi hibernasi. Namun saya yakin ketika kita semua tersadar dan peduli akan gerakan ini maka akhirnya semua akan melihat kita sebagai satu kekuatan besar. Mohon maaf, saya melihat sejauh ini mahasiswa menjadi garda terdepan dalam perjuangan RUUK ini, dan saya mau karena RUUK adalah milik kita semua maka sudah seharusnya ibu/bapak, kakak/abang perawat juga turut dalam barisan. Walaupun tak bisa dipungkiri bahwa beberapa dari perawat yang lain juga tetap bergerak, namun itu masih sebahagian kecil. Sudah seharusnya kita semua peduli dan kita semua bergerak. Dan sudah seharusnya kita juga harus sama-sama berteriak lantang “SAHKAN RUU KEPERAWATAN”

NB: sebuah catatan singkat yang mudah-mudahan bisa menggugah perasaan kita semua, untuk nantinya bisa sama-sama berjuang. Sudah berulang kali kita ditipu oleh anggota dewan yang terhormat de gedung senayan sana. Tanggal 10 Januari akan ada sidang paripurna di Baleg untuk penentuan RUUK ke depan nya, apakah lanjut ke proses legislasi berikutnya atau tidak. Siapkan diri untuk turun aksi ketika anggota dewan mangkir dari tugasnya, dan ketika mereka menunjukkan gelagat yang kurang mendukung percepatan pengesahan RUUK.

Arif Zailani Siregar/Kadept Hual Eksternal Himakep Unsyiah