Rabu, 03 September 2014

Senyum Perawat sebagai Pengamalan Pancasila untuk Penyembuhan Pasien



1. Makna senyuman
Senyum merupakan sikap yang mudah, ceria, ringan dan sederhana untuk dilakukan. Senyuman mengandung samudera hikmah atau kemanfaatan yang luar biasa baik bagi pemberi maupun penerimanya.

Tanadi Santoso menyebutkan keluarbiasaan senyuman sebagai sebuah kekuatan universal yang menarik sekali. Disebutnya demikian, karena ia berpandangan bahwa senyuman akan menunjukkan hal yang positif. Senyum yang tulus dengan hati terbuka akan memancarkan sikap mental yang positif. Akan memancar kehangatan dari orang tersebut. Sebuah perasaan (feeling) yang mudah menular. Juga menunjukkan keterbukaan dengan orang lain. Terasa sebuah perasaan keyakinan (confident) akan hidup dan yang terasa lainnya, apapun yang dikatakan akan terasa lebih manis, enak didengar dan menyenangkan bagi orang lain.

Soejitno Irmim dan Abdul Rochim dalam bukunya “Penampilan Pribadi yang Simpatik”, menyatakan bahwa disamping senyum itu murah, tidak usah membeli dan persediannya luar biasa banyaknya, senyum ternyata memiliki daya ajaib seperti senyum dapat membangkitkan jiwa-jiwa yang lemah dan semangat yang terkoyak-koyak. Senyum dapat mengubah impian menjadi kenyataan.

Seorang perawat juga hendaknya memiliki senyuman yang tulus yang mampu memotivasi pasien-pasien yang ditanganinya. Selain itu senyuman merupakan modal utama bagi seorang perawat dalam bersosialisasi dengan lingkungan rumah sakit atau lingkungan kerja. Seyum seorang perawat terhadap pasiennya sangat penting karena senyum perawat membuat pasien nyaman dalam menjalani pengobatan.

Perhatian yang diberikan perawat merupakan salah satu factor yang menunjang dalam bisnis dibidang pelayanan kesehatan. Zig Zaglar mengatakan bahwa “bila kita cukup memberikan apa yang diinginkan oleh orang lain, maka kita akan mendapatkan apapun yang kita inginkan”. Memberikan apa yang diinginkan orang lain berarti menciptakan nilai tambah bagi orang tersebut, siapapun dan bagaimanapun rupanya, orang tersebut akan merasa sangat dihargai. Bentuk pemenuhan kebutuhan ini tidak saja dengan terapi medikamentosa, namun lebih dari itu adalah sikap yang ramah tamah, penuh kesabaran dan perasaan serta senyum polos yang tidak dibuat-buat.


2. Senyuman Perawat dalam Menangani Pasien sebagai Pengamalan Pancasila
Keperawatan merupakan suatu proses interpersonal yang terapeutik dan signifikan. Inti dari asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien adalah hubungan perawat-pasien yang bersifat profesional dengan penekanan pada bentuk interaksi aktif antara perawat dan pasien. Hubungan ini diharapkan dapat memfasilitasi partisipasi pasien dengan memotivasi keinginan pasien untuk bertanggung jawab terhadap kondisi kesehatannya.

Salah satu motivasi seorang perawat maupun mahasiswa keperawatan dalam menangani pasiennya, yaitu dapat mengambil dari pengamalan Pancasila. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Di dalam Pancasila terdapat butir-butir yang memuat seluruh pedoman dalam menjalani kehidupan sebagai manusia yang memiliki bangsa dan negara yang telah merdeka.

Setiap masyarakat Indonesia dituntut untuk dapat mengamalkan beberapa dari butir-butir pengamalan Pancasila tersebut. Salah satu profesi yang menuntut agar berpedoman pada Pancasila dalam menjalankan tugasnya yaitu seorang perawat maupun mahasiswa keperawatan. Perawat atau mahasiswa keperawatan dituntut dapat mengamalkan beberapa pengamalan Pancasila sebagai upaya dalam merawat pasien. Hal ini dikarenakan seorang perawat maupun mahasiswa keperawatan bekerja untuk sosial, berkecimpung di bidang kesehatan masyarakat, serta bersosialisasi dengan masyarakat. Perawat maupun mahasiswa keperawatan dituntut mampu mengayomi masyarakat yang sedang menjalani pengobatan (pasien).

Dalam butir pancasila sila kedua dalam pengamalannya disebutkan “mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia”. Ini berhubungan dalam bidang keperawatan. Karena dalam keperawatan seorang perawat harus memiliki sifat saling mencintai dalam penyembuhan pasien. Sifat saling mencintai dapat menumbuhkan jati diri seorang perawat dalam menjalankan tugasnya sebagai pelayan masyarakat. Dalam butir pancasila sila kelima ’’mengembangkan sikap adil terhadap sesama’’. Jadi seorang perawat harus dapat menerima keadaan setiap pasien yang ditanganinya baik itu dari golongan bawah maupun golongan atas.

Senyum Tulus Perawat untuk Penyembuhan Pasien
Keramahtamahan merupakan hal yang sangat utama dalam pelayanan kesehatan. Impian masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang ramah dari pelaku kesehatan sangat tinggi, Namur kondisi ini sangat bertentangan dengan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari, dalam hal ini adalah pelayanan kesehatan di rumah sakit. Dalam kenyataannya, pelaku kesehatan telah menomorduakan pasien dan yang menjadi perhatian utama adalah bagaimana caranya untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dari pelayanannya.

Sebagaimana dijelaskan bahwa Quality Assurance (QA) adalah usaha untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit. QA ini merupakan salah satu faktor penting dan fundamental bagi manajemen rumah sakit itu sendiri dan para stakeholder. Dampak dari QA menentukan hidup matinya sebuah rumah sakit. Bagi rumah sakit, adanya QA yang baik tentu saja membuat rumah sakit mampu untuk bersaing dan tetap exist di masyarakat. Mengacu pada konsep ini, apabila para perawat yang merupakan jumlah terbanyak dalam rumah sakit tersebut dalam pelayananannya menunjukkan sikap tidak profesional dengan “tidak tersenyum” saja maka sebenarnya rumah sakit tersebut sudah kalah bersaing dengan rumah sakit lainnya.

Bagi pelaku kesehatan, dengan adanya QA para pelaku kesehatan dituntut untuk semakin teliti, telaten, dan hati-hati dalam menjaga mutu pelayanannya. Ternyata senyuman saja pun membawa dampak yang sangat besar bagi sebuah rumah sakit. Selain Djajendera (2008), yang mengatakan bahwa senyum tulus Anda adalah mahakarya kebaikan, Purwodadi, S. H. (2008) juga mengungkapkan beberapa hal tentang senyum. 

Diantaranya adalah:
Senyum itu murah, tetapi menciptakan banyak hal yang baik
Senyum itu menguntungkan bagi yang menerima, tanpa merugikan yang memberi
Senyum itu terjadi sekejap dan kesannya kadangkala tidak akan pernah berakhir selamanya, artinya senyum yang hanya sekejap diperlihatkan itu mempunyai kesan yang mendalam seolah tidak akan bisa terlupakan.

Agar suatu rumah sakit terhindar dari sebutan rumah sakit yang tidak ramah, perlu adanya beberapa langkah konkrit untuk mencapai QA dalam hospitality in nursing services, seperti yang ditawarkan oleh Purwodadi, S.H (2008), yaitu: Mulailah dengan Senyum.

Senyuman yang dimaksud adalah senyuman yang murni dan tulus dari dalam lubuk hati, bukan senyum yang dibuat-buat.

Watson menekankan dalam sikap caring ini juga harus tercermin sepuluh faktor kuratif yaitu:
Pembentukan sistem nilai humanistic dan altruistik. Perawat menumbuhkan rasa puas karena mampu memberikan sesuatu kepada klien. Selain itu, perawat juga memperlihatkan kemapuan diri dengan memberikan pendidikan kesehatan pada klien.

Memberikan kepercayaan – harapan dengan cara memfasilitasi dan meningkatkan asuhan keperawatan yang holistik. Di samping itu, perawat meningkatkan prilaku klien dalam mencari pertolngan kesehatan.
Menumbuhkan sensitifan terhadap diri dan orang lain. Perawat belajar menghargai kesensitifan dan perasaan kepada klien, sehingga ia sendiri dapat menjadi lebih sensitif, murni, dan bersikap wajar pada orang lain.

Mengembangan hubungan saling percaya. Perawat memberikan informasi dengan jujur, dan memperlihatkan sikap empati yaitu turut merasakan apa yang dialami klien.
Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif klien. Perawat memberikan waktunya dengan mendengarkan semua keluhan dan perasaan klien.

Penggunaan sistematis metoda penyalesaian masalah untuk pengambilan keputusan. Perawat menggunakan metoda proses keperawatan sebagai pola pikir dan pendekatan asuhan kepada klien.

Peningkatan pembelajaran dan pengajaran interpersonal, memberikan asuhan mandiri, menetapkan kebutuhan personal, dan memberikan kesempatan untuk pertumbuhan personal klien.

Menciptakan lingkungan fisik, mental, sosiokultural, dan spritual yang mendukung. Perawat perlu mengenali pengaruhi lingkungan internal dan eksternal klien terhadap kesehatan kondisi penyakit klien.
Memberi bimbingan dalam memuaskan kebutuhan manisiawi. Perawat perlu mengenali kebutuhan komperhensif diri dan klien. Pemenuhan kebutuhan paling dasar perlu dicapai sebelum beralih ke tingkat selanjutnya.

Mengijinkan terjadinya tekanan yang bersifat fenomologis agar pertumbuhan diri dan kematangan jiwa klien dapat dicapai. Kadang-kadang seseorang klien perlu dihadapkan pada pengalaman atau pemikiran yang bersifat profokatif. Tujuannya adalah agar dapat meningkatkan pemahaman lebih mendalam tentang diri sendiri.

Kesepuluh faktor karatif ini perlu selalu dilakukan oleh perawat agar semua aspek dalam diri klien dapat tertangani sehingga asuhan keperawatan profesional dan bermutu dapat diwujudkan. Selain itu, melalui penerapan faktor karatif ini perawat juga dapat belajar untuk lebih memahami diri sebelum mamahami orang lain.

By_ http://ridwansyahisanurse.blogspot.com/