Pengalaman Mahasiswa Indonesia Di Jepang


Fakultas Keperawatan UNPAD pada Agustus 2010 mengirim 2 mahasiswanya menjalani program pertukaran pelajar ke Jepang. Yusshy Kurnia (angkatan 2006) dan An Nisa Rushtika Kersana (angkatan 2009) adalah dua orang teman saya yang sekarang sedang menempuh pendidikan di Jepang. Saya sangat tertarik untuk mengetahui sistem pembelajaran di negeri sakura tersebut. Kemudian mereka berbagi pengalamannya di sana walaupun baru 3 bulan mereka berada di negeri matahari terbit.

Sistem pendidikan keperawatan di Jepang lebih sederhana dibanding dengan Indonesia, materi yang disampaikan dengan menggunakan metode sederhana tapi menarik sehingga mudah dipahami oleh mahasiswanya. Misalnya, suatu materi disampaikan dengan menggunakan gambar-gambar lucu, bahkan teksbooknya dibuat menarik dengan warna dan gambar yang lucu-lucu. Buku apapun di Jepang selalu menggunakan gambar-gambar lucu termasuk buku untuk kuliah sehingga minat baca dari mahasiswa pun lebih tinggi.

Di Jepang ada rumah sakit kampus. Rumah sakit ini jadi lahan pratikum atau laboratorium para mahasiswa keperawatan jadi skill keperawatannya sangat diasah.

Semua orang di Jepang sangat respek satu sama lainnya terutama perawatnya. Maka dari itu di Jepang tidak ada image perawat yang “nyeremin” atau “jutek” seperti di Indonesia. Sistem pelayanan kesehatan di rumah sakitnya pun sudah sangat baik. Orang yang sakit diperlakukan semestinya dan dilatih secara mandiri. Pasien tidak akan merasa berbeda karena kondisi kesehatannya menurun, mereka masih bisa jalan-jalan sendiri tanpa didampingi perawat. Pasien pun dapat melakukan aktivitasnya sehari-hari seperti belanja, potong rambut, atau makan di kafe karena rumah sakit di negeri sakura ini dibuat menyerupai mall jadi pasien tidak akan merasa terpuruk dengan penyakit yang dideritanya.